'Ketika Sukses Dimulai dari Nol'
Drs Lily Hambali Hasan MSi
Kesuksesan memang tak mudah diraih. Apalagi jika hanya mengandalkan orang lain. Puncak sukses kerap harus diraih dengan titian yang paling bawah, dengan niat yang baik serta selalu bersyukur. Hal itu dirasakan oleh Drs Lily Hambali Hasan, M Si, yang kini menjabat sebagai bupati Purwakarta. Saat memulai kariernya, pria kelahiran Pandeglang, 5 Mei 1950 itu berangkat dari jenjang yang paling rendah. ''Saya memulai karir saya dengan menjadi pegawai honorer,'' tuturnya kepada Republika.
Saat duduk di bangku kuliah di Fakultas Ekonomi Universitas Islam Nusantara (Uninus) Bandung, Lily melamar menjadi pegawai honorer di lingkungan pemerintahan. Honor yang diterima pada 1973 itu senilai Rp 5 ribu per bulan. Jumlah yang tak mencukupi untuk menghidupi diri dan istrinya, Elin Halimah. Pasangan Lily-Elin pun menjalani hidup seadanya. Mereka mengontrak sebuah rumah berkamar dua kawasan Cikudapateuh. Untuk kamar mandi, mereka harus berbagi dengan penghuni rumah kontrakan lainnya. Lokasi rumah itu sangat dekat dengan rel kereta api. ''Kalau ada kereta lewat, rumah terasa bergetar,'' ungkap Lily sembari tertawa.
Keluarga besar Lily adalah keluarga terpandang. Kakeknya, Tubagus Haji Raihan, menjadi lurah di Kecamatan Cimanuk, Kab Pandeglang dan juga petani yang cukup kaya. Begitu pula keluarga besar Elin -- ayahnya adalah seorang bandar sapi. Lily menuturkan, suatu hari, kakeknya berkunjung ke rumah kontrakannya dan terkejut. Sang kakek menilai rumah itu tak layak dihuni dan jauh dari memadai. Saking marahnya, kakeknya menolak untuk masuk ke dalam rumah. ''Jiga kolot teu gableg wae (Kayak orang tua tidak mampu saja),'' cetus kakeknya waktu itu.
Namun, ucapan kakeknya tak menghentikan tekad alumnus SMEA Negeri Serang ini untuk melanjutkan hidup secara mandiri meskipun serba kekurangan secara ekonomi. Untuk menambah penghasilan, penyuka warna coklat ini kemudian bekerja sebagai asisten dosen di Uninus. ''Lumayan bisa dapat uang transpor,'' ujar peraih Satya Lencana Wirakarya pada tahun 2005 sebagai bupati berprestasi di bidang pembangunan oleh presiden RI ini.
Ayah tiga anak ini pun mengenang suatu kisah yang tak pernah dilupakannya. Diungkapkan mantan Kepala Dinas Pendapatan Daerah Cianjur (1984-1994) itu, saat mengontrak rumah itu, tak satupun barang mewah dimilikinya. Bahkan, meja makan pun dibelinya dari sebuah toko menjual barang rongsokan.
Suatu hari, salah satu teman kuliahnya, Dawas Rustam, mengajaknya makan bakso di Kosambi. Dawas yang berpangkat sersan mayor sudah bekerja bekerja di perusahaan industri senjata, Pindad Bandung. Traktiran itu dilakukan karena Dawas baru saja mendapatkan gaji. Kemudian, Dawas mengajak Lily ke toko elektronik dan membelikan satu unit radio-tape bermerek JVC.''Ini kasihkan untuk istrimu. Kasihan di rumah tidak ada radio,'' kata Dawas seperti ditirukan Lily. Perjalanan hidup terus berlanjut. Pada 1974, Lily diangkat menjadi PNS dan langsung ditempatkan menjadi staf pada bagian pembangunan dengan gaji 80 persen saja. Setahap demi setahap, karir Lily pun meningkat. Jabatan puncak PNS pun diperolehnya pada 1999. Lily diangkat menjadi Sekda Kabupaten Purwakarta.
Membangun karir di lingkungan birokrat, diakui Lily, sangat berliku. Apalagi, dirinya bukan lulusan APDN (sekarang STPDN/IPDN). Namun, dengan prinsip 'mau bekerja keras' semua kesulitan dihadapinya. ''Karena pada pada akhirnya tergantung pribadi kita sendiri (untuk maju),'' ujar pria yang pernah meraih penghargaan sebagai bupati peduli kehutanan ini. . Salah satu orang yang dinilai berjasa dalam kariernya adalah Bupati Cianjur Arifin Yusuf. Pimpinannya itu kerap memberikan motivasi dan dorongan supaya lebih maju. Sedangkan peran keluarga, dinilainya sangat besar. Bahkan, Lily mengatakan, pernikahannya dengan Elin merupakan kunci utama hingga bisa menjalani hidup seperti saat ini.
''Saya punya istri yang sangat sabar. Kalau ada apa-apa, istri merupakan pendamping yang sangat dekat, mulai dari masalah motivasi hingga masalah ibadah,'' tuturnya.
Mengenai kiat suksesnya dalam berkarier sebagai pegawai negeri, Lily mengatakan, jangan terjebak pada kepetingan politik praktis. ''Hidup itu jangan terlalu menggantung ke atas. Yang penting kaki berpijak, tapi gantungan ada. Kebanyakan orang menghilangkan pijakan dan hanya berantung ke atas. Akibatnya, jika yang atas jatuh, ia pun ikut jatuh,'' cetus alumnus Magister Ilmu Pemerintahan STIAMI Jakarta ini, memberikan sebuah amsal.***
----------------------------------------------------
source: artikel Republika
( rfa)
=======================================================
Don't Junk Up Your Resume!
This is to catch attention of all the professionals around, regarding their attempts to career advances. I felt the need for writing such an article because: Yesterday, I sent a mail seeking resumes of all of interested guys for a technical job opening at the organization, where I am working. I received responses from 4-5 people by the time of writing this article and was really disappointed to see the resumes attached therein. In my view, your resume is your first impression upon your employer, and I am sure, no one intends to spoil his/her first impression.
I saw a number of blunders in those resume, which could be sufficient reasons for an employer to reject your profile into the trash. I am trying to articulate them, and requesting you all to first look at the body of anything you write before you send it to anyone else, be it your resume.
- Run a thorough spell-check on your resume. [very important, and I found many mistakes]
- Read it completely and let any one else with good semantic knowledge of English read it, to check the flow in it. [I found titles of projects and trainings, not matching the description.]
- Don't write much (don't create fuss over) about the small and irrelevant details, because you need to be packed with the explanation for those things at the time of personal or technical discussion.
- Elaborate on the projects, which seem relevant to the particular opening. They increase chances of your profile selection.
- Don't repeat the description of the projects with each project being added in your profile. They have to different somehow! I saw this peculiar thing is the resume, I am attaching herewith.
- Highlight those skills, which you really have! Otherwise, interviewer having better knowledge on the subject may screw you anytime during your interview. For example, writing, Reading, as your hobby may attract a good discussion between you and interview. That may end up exasperating you if you don't have guts or wits to justify all that.
- Have a specific career objective, which really shows your interest in joining that particular company and highlight your some particular skills matching their requirements, if possible.
- Write a cover letter, especially for a particular opening, if possible. More importantly, don't let your friend copy your cover letter, if he is going to apply for the same post in same company.***
--------------------------------------------------
by Vikas Agarwal
Drs Lily Hambali Hasan MSi
Kesuksesan memang tak mudah diraih. Apalagi jika hanya mengandalkan orang lain. Puncak sukses kerap harus diraih dengan titian yang paling bawah, dengan niat yang baik serta selalu bersyukur. Hal itu dirasakan oleh Drs Lily Hambali Hasan, M Si, yang kini menjabat sebagai bupati Purwakarta. Saat memulai kariernya, pria kelahiran Pandeglang, 5 Mei 1950 itu berangkat dari jenjang yang paling rendah. ''Saya memulai karir saya dengan menjadi pegawai honorer,'' tuturnya kepada Republika.
Saat duduk di bangku kuliah di Fakultas Ekonomi Universitas Islam Nusantara (Uninus) Bandung, Lily melamar menjadi pegawai honorer di lingkungan pemerintahan. Honor yang diterima pada 1973 itu senilai Rp 5 ribu per bulan. Jumlah yang tak mencukupi untuk menghidupi diri dan istrinya, Elin Halimah. Pasangan Lily-Elin pun menjalani hidup seadanya. Mereka mengontrak sebuah rumah berkamar dua kawasan Cikudapateuh. Untuk kamar mandi, mereka harus berbagi dengan penghuni rumah kontrakan lainnya. Lokasi rumah itu sangat dekat dengan rel kereta api. ''Kalau ada kereta lewat, rumah terasa bergetar,'' ungkap Lily sembari tertawa.
Keluarga besar Lily adalah keluarga terpandang. Kakeknya, Tubagus Haji Raihan, menjadi lurah di Kecamatan Cimanuk, Kab Pandeglang dan juga petani yang cukup kaya. Begitu pula keluarga besar Elin -- ayahnya adalah seorang bandar sapi. Lily menuturkan, suatu hari, kakeknya berkunjung ke rumah kontrakannya dan terkejut. Sang kakek menilai rumah itu tak layak dihuni dan jauh dari memadai. Saking marahnya, kakeknya menolak untuk masuk ke dalam rumah. ''Jiga kolot teu gableg wae (Kayak orang tua tidak mampu saja),'' cetus kakeknya waktu itu.
Namun, ucapan kakeknya tak menghentikan tekad alumnus SMEA Negeri Serang ini untuk melanjutkan hidup secara mandiri meskipun serba kekurangan secara ekonomi. Untuk menambah penghasilan, penyuka warna coklat ini kemudian bekerja sebagai asisten dosen di Uninus. ''Lumayan bisa dapat uang transpor,'' ujar peraih Satya Lencana Wirakarya pada tahun 2005 sebagai bupati berprestasi di bidang pembangunan oleh presiden RI ini.
Ayah tiga anak ini pun mengenang suatu kisah yang tak pernah dilupakannya. Diungkapkan mantan Kepala Dinas Pendapatan Daerah Cianjur (1984-1994) itu, saat mengontrak rumah itu, tak satupun barang mewah dimilikinya. Bahkan, meja makan pun dibelinya dari sebuah toko menjual barang rongsokan.
Suatu hari, salah satu teman kuliahnya, Dawas Rustam, mengajaknya makan bakso di Kosambi. Dawas yang berpangkat sersan mayor sudah bekerja bekerja di perusahaan industri senjata, Pindad Bandung. Traktiran itu dilakukan karena Dawas baru saja mendapatkan gaji. Kemudian, Dawas mengajak Lily ke toko elektronik dan membelikan satu unit radio-tape bermerek JVC.''Ini kasihkan untuk istrimu. Kasihan di rumah tidak ada radio,'' kata Dawas seperti ditirukan Lily. Perjalanan hidup terus berlanjut. Pada 1974, Lily diangkat menjadi PNS dan langsung ditempatkan menjadi staf pada bagian pembangunan dengan gaji 80 persen saja. Setahap demi setahap, karir Lily pun meningkat. Jabatan puncak PNS pun diperolehnya pada 1999. Lily diangkat menjadi Sekda Kabupaten Purwakarta.
Membangun karir di lingkungan birokrat, diakui Lily, sangat berliku. Apalagi, dirinya bukan lulusan APDN (sekarang STPDN/IPDN). Namun, dengan prinsip 'mau bekerja keras' semua kesulitan dihadapinya. ''Karena pada pada akhirnya tergantung pribadi kita sendiri (untuk maju),'' ujar pria yang pernah meraih penghargaan sebagai bupati peduli kehutanan ini. . Salah satu orang yang dinilai berjasa dalam kariernya adalah Bupati Cianjur Arifin Yusuf. Pimpinannya itu kerap memberikan motivasi dan dorongan supaya lebih maju. Sedangkan peran keluarga, dinilainya sangat besar. Bahkan, Lily mengatakan, pernikahannya dengan Elin merupakan kunci utama hingga bisa menjalani hidup seperti saat ini.
''Saya punya istri yang sangat sabar. Kalau ada apa-apa, istri merupakan pendamping yang sangat dekat, mulai dari masalah motivasi hingga masalah ibadah,'' tuturnya.
Mengenai kiat suksesnya dalam berkarier sebagai pegawai negeri, Lily mengatakan, jangan terjebak pada kepetingan politik praktis. ''Hidup itu jangan terlalu menggantung ke atas. Yang penting kaki berpijak, tapi gantungan ada. Kebanyakan orang menghilangkan pijakan dan hanya berantung ke atas. Akibatnya, jika yang atas jatuh, ia pun ikut jatuh,'' cetus alumnus Magister Ilmu Pemerintahan STIAMI Jakarta ini, memberikan sebuah amsal.***
----------------------------------------------------
source: artikel Republika
( rfa)
=======================================================
Don't Junk Up Your Resume!
This is to catch attention of all the professionals around, regarding their attempts to career advances. I felt the need for writing such an article because: Yesterday, I sent a mail seeking resumes of all of interested guys for a technical job opening at the organization, where I am working. I received responses from 4-5 people by the time of writing this article and was really disappointed to see the resumes attached therein. In my view, your resume is your first impression upon your employer, and I am sure, no one intends to spoil his/her first impression.
I saw a number of blunders in those resume, which could be sufficient reasons for an employer to reject your profile into the trash. I am trying to articulate them, and requesting you all to first look at the body of anything you write before you send it to anyone else, be it your resume.
- Run a thorough spell-check on your resume. [very important, and I found many mistakes]
- Read it completely and let any one else with good semantic knowledge of English read it, to check the flow in it. [I found titles of projects and trainings, not matching the description.]
- Don't write much (don't create fuss over) about the small and irrelevant details, because you need to be packed with the explanation for those things at the time of personal or technical discussion.
- Elaborate on the projects, which seem relevant to the particular opening. They increase chances of your profile selection.
- Don't repeat the description of the projects with each project being added in your profile. They have to different somehow! I saw this peculiar thing is the resume, I am attaching herewith.
- Highlight those skills, which you really have! Otherwise, interviewer having better knowledge on the subject may screw you anytime during your interview. For example, writing, Reading, as your hobby may attract a good discussion between you and interview. That may end up exasperating you if you don't have guts or wits to justify all that.
- Have a specific career objective, which really shows your interest in joining that particular company and highlight your some particular skills matching their requirements, if possible.
- Write a cover letter, especially for a particular opening, if possible. More importantly, don't let your friend copy your cover letter, if he is going to apply for the same post in same company.***
--------------------------------------------------
by Vikas Agarwal
Jangan Lupa Share Artikel Ini Ya...?
Bagikan artikel ini ke temanmu melalui "SosMed" kamu di bawah ini:
Bagikan artikel ini ke temanmu melalui "SosMed" kamu di bawah ini:
Comments :
0 komentar to “Ketika Sukses Dimulai dari Nol”
Post a Comment
>>
Setiap komentar yang Anda berikan sangat kami hargai. Terlebih komentar yang bersifat membangun dan bermanfaat bagi pembaca yang lain. Setiap komentar yang masuk akan kami lihat terlebih dahulu sebelum ditayangkan untuk menjaga komentar yang bersifat SPAM, cabul, promosi link / produk atau segala hal yang bersifat fitnah dan tidak sesuai dengan misi situs ini.
Silahkan tulis komentar Anda pada kolom di bawah ini.
Panjang komentar tidak dibatasi. Komentar bisa berisi pendapat, pengalaman pribadi, opini publik dan sebagainya.
Terima kasih sebelumnya atas komentar yang Anda berikan. :)
.