Sudahkah Anda daftarkan blog Anda ke Blog Directory?
.
Showing posts with label Interview dan Wawancara. Show all posts
Showing posts with label Interview dan Wawancara. Show all posts

Tips Menghadapi Walk In Interview

Tips Menghadapi Walk In Interview
Tak perlu menunggu datangnya surat panggilan. Dalam walk in interview Andalah yang harus proaktif 'menjemput bola'. Prinsipnya Vini, Vidi, Vici (Saya datang, bertanding dan menang). Walk in interview adalah jenis wawancara yang biasanya dilakukan bila posisi yang ingin diisi dan jumlah pelamarnya cukup besar. Proses wawancara atau perekrutan tidak hanya berlangsung di perusahaan tersebut, melainkan bisa saja terjadi di suatu tempat di luar gedung perusahaan, seperti di hall, hotel atau tempat lain.

Pada dasarnya menjalani walk ini interview sama saja dengan wawancara biasa. Hanya saja Anda dituntut kesiapan maksimal karena Anda langsung berhadapan pewawancara saat melamar. Beberapa hal yang perlu diperhatikan untuk memenangkan 'pertarungan'.

Teliti Iklan
Sebelum membuat lamaran, Anda perlu meneliti iklan lowongan kerjanya, apakah bidang kerja dan posisi yang ditawarkan sesuai dengan membuang-buang tenaga dan waktu. Pastikan juga tempatnya representatif dan perusahaannya jelas.

Resume dan CV
Setelah yakin bahwa lowongan tersebut memang sesuai dengan Anda, buatlah resume dan CV yang menarik dan lengkap, karena resume dan CV Anda langsung dibaca saat itu juga. Ketik dengan komputer dengan huruf yang mudah dibaca. Kemudian cetak resume dan CV di atas kertas yang bersih dan tidak keriting. Hindari membawa CV fotokopi karena Anda akan dinilai tidak serius.

Data Pendukung
Setelah itu, lengkapi dengan data-data pendukung lainnya, seperti ijazah, surat-surat referensi, foto 4X6 1 lembar, serta contoh hasil karya atau portfolio terbaik Anda. Masukkan semua kelengkapan ini ke dalam map atau amplop besar.

Persiapkan Diri
Sehari sebelum berangkat, pahami dulu lingkup kerja yang ditawarkan. Jangan sampai Anda datang ke sana masih bertanya soal posisi yang ditawarkan. Misal, jika posisi yang Anda lamar marketing, coba pelajari beberapa hal yang berkaitan dengan dunia marketing.

Penampilan Prima
Perhatikan penampilan Anda secara keseluruhan. Karena impresi pertama pewawancara sangat menentukan keberhasilan walk in interview Anda. Pilihlah busana yang paling sesuai dan sopan. Pastikan penampilan Anda rapi, bersih, cantik dan layak untuk menghadiri wawancara.

Alat Tulis
Bawalah alat tulis dan notes karena siapa tahu diperlukan saat wawancara. Kesiapan Anda menghadipi interview juga mendapat penilaian tersendiri. Jangan sampai Anda harus meminjam alat tulis pada pewawancara.

Isi Perut
Sebelum berangkat, isi perut Anda terlebih dahulu. Karena biasanya dalam walk in interview Anda akan menghadapi beberapa tes pada hari itu juga yang membutuhkan konsentrasi tinggi. Sehingga kenyamanan perut juga dijaga. Konsumsilah makanan bergizi secukupnya. Tapi, jangan konsumsi makanan yahg bergas dan tajam, karena akan menyulitkan hidup Anda.

Tepat Waktu
Kalau perlu Anda sudah tiba satu jam sebelum proses dimulai. Anda jadi punya kesempatan mempelajari suasana, menenangkan diri dan mempersiapkan segala sesuatunya. Datang lebih awal juga membuat Anda tidak perlu menunggu terlalu lama, mengingat pelamar yang datang ke walk in interview biasanya banyak.

Wajah Optimis
Tampilkan wajah penuh percaya diri, cerah ceria dan optimis. Jangan sekali pun menampakkan wajah kusam nan sendu di depan pewawancara. Karena tidak ada satu perusahaan pun yang mau mempekerjakan orang yang gampang putus asa. Tunjukkan keoptimisan Anda dengan menjabat tangan pewawancara secara mantap dan tatapan mata hangat.

Menjawab Taktis
Jawab semua pertanyaan dengan penuh percaya diri, jujur dan bersahabat, tapi tidak berlebihan. Jangan ragu menjawab jika Anda diminta untuk memberi penjelasan lebih terperinci. Manfaatkan kesempatan untuk bertanya jika pewawancara mempersilakan Anda. Jangan ragu bertanya hal-hal yang belum jelas misal bertanya kapan hasil interview akan dikabarkan.

Kesan Positif
Selesai wawancara ucapkan terima kasih dan berikan jabatan tangan yang paling hangat. Berikan kesan positif saat meninggalkan ruangan. Jika dalam waktu yang dijanjikan pewawancara belum menghubungi Anda, teleponlah pewawancara dan tanyakan hasilnya.

Perlu Dibawa Saat Walk In Interview :

- Kartu identitas dan kartu nama
- Kertas catatan kecil
- Bolpoin dan pinsil 2B, serta penghapus
- Daftar pertanyaan yang ingin Anda tanyakan
- Catatan sejarah terperinci
- Contoh hasil kerja atau portfolio
- Minum dan makanan kecil (kalau walk in interview diadakan besar-besaran)
- Daftar referensi (jika ada)
- Jika melamar sebagai pramugari, kenakan baju lengan pendek dan rok pendek serta sepatu hak tinggi. ***

---------------------------------------------------
Ika Nurul Syifaa
source: artikel Kompas


=================================================


How To Survive A Job Loss

Has this ever happened to you: You have been working at a particular job for a few years. It s not the greatest job and it hasn t always allowed you to capitalize on your unique gifts or talents. But it s ok, and it pays the bills. The job has become a part of your life s routine.

Then one day, without any forewarning, you re let go. In what seems like a split second, you go from being gainfully employed to joining the ranks of the unemployed. It s a shock to the system. A tremendous level of stress can accompany being unemployed. You re certainly affected by the loss of income. You may also have a related drop in your level of confidence. Your unemployment may be impacting your home life and personal relationships. There may be a degree of depression that you are dealing with. You may be harboring lingering resentments toward those people responsible for your layoff.

Finding a job is challenging enough; if you bring these emotions into your job search efforts, you will be placing yourself in a very disadvantageous position. You need to be clear-headed and focused to move yourself forward. You must find a way to bring yourself into a more balanced state. Realizing that you are not alone may be a good first step. Renewing or maintaining friendships is another. Appreciating yourself in every way possible goes a long way. Relaxation exercises, deep breathing, yoga, meditation, working out, and eating healthier foods can make you feel a lot better about yourself.

These steps can help you move past any negative emotions and toward a much healthier mental state. Having a clear and positive vision for yourself and your future may be the icing on the cake needed to launch your job search process and move you quickly in the direction of obtaining your career goals. You need to know that you will get through this. You will get on the other side of it. It may take some time, and it may not be the most comfortable period in your life. But your willingness to move forward and your intention to stay on track will invariably lead you to the next phase of your career, and life.

Remember, when one door closes, a better and brighter one opens in its place. When a layoff occurs, know that you invariably will face new opportunities that can truly transform your life. Copyright 2005 TopDog Group All rights reserved. ***

--------------------------------------------------------
by David Richter
About the author: David Richter is a recognized authority on career coaching. His extensive knowledge and experience gained from many years in recruitment, outplacement and career management has allowed David to formulate powerful strategies anyone can use to secure interviews and receive offers. David holds Masters in both Engineering and Counseling Psychology. Visit David's site for free tips, strategies and other career resources http://www.procareercoach.com


==============================================


Careers: Job Search

Unfortunately, job search can be a "numbers game".

When the Internet first came on the job search scene it was a great differentiator. Candidates who found jobs advertised on the Internet and submitted their resumes via email often went to the front of the line. They were competing with other job searchers who were still combing the Sunday Classifieds and faxing or mailing their resumes to HR departments.

My, how times have changed! Now, the online job boards (Monster, DICE, HotJobs, CareerBuilder, etc.) have replaced the Classifieds as the "matchmaker" for candidates and jobs. Companies that use the job boards have built entire infrastructures around posting jobs and receiving, sorting, and sifting resumes. Staffing specialists in companies are often nameless, hiding behind an anonymous email id that obviously does not belong to a person. How do you get your resume read? How do you get it into the hands of the individual that will make the decision on whom to interview?

Well, unless you have an "inside connection", it can be a "numbers game". How long will it take you to submit your resume to enough Recruiters and Hiring Managers to find the one that will actually read your resume and contact you to discuss an opportunity? Anyone who has been in the job market in the last 4-5 years knows the answer... it can take a long time! No matter how qualified you may be, no matter how many late nights you spend combing the job boards and responding to postings, it's going to be a frustrating experience!

And most of those "blaster" services will get your resume distributed to a large audience, but it will get dropped right into an automated resume system without a recruiter even looking at it. It's going to be there to be searched against in the future, not to be read now! Why does that happen? ... because your resume isn't personal. It gets recognized by receiving email systems as a "blasted" resume and gets filed for later use. That's fine if you are looking for a job later. And you can pay $69, $99, $129, or more for these services. Do they get you an edge on the market? Not if your resume is once again just lost in the pack, one of hundreds of indistinguishable other candidates.

Executive Compass is a company offering a low-cost resume distribution service (SendMyResume) that avoids the "blasted" resume look of so many of the other resume distribution websites. Executive Compass allows you to craft a personal cover letter and choose the subject line for your email. Your resume is sent directly to hiring managers and recruiters from your own email address. The service is priced very affordably, at less than one cent per contact. You receive a confirmation page with a complete list of all names, email addresses, companies, and locations to which your resume was been sent.

Job search may be a "numbers game", but games are made to be won! ***

----------------------------------------------------------------------
by Steve Ratliff
About the author: Steve Ratliff is an IT Executive and Search Consultant. He has been on all sides of the desk: hiring executive, job candidate, and recruiter. Steve offers career coaching assistance to candidates and executive search services to client companies seeking to fill impact positions. Steve can be reached via email at steve@executivecompass.com
Check out Executive Compass' SendMyResume service at:
http://www.executivecompass.com/numbersgame.asp

Read More...... [+/-]

Perangkap Rekrutmen

Perangkap Rekrutmen
Persaingan dalam memperebutkan tenaga kerja yang handal harus diakui juga mewarnai persaingan bisnis saat ini. Setiap perusahaan berlomba-lomba merekrut tenaga-tenaga terampil dan berkemampuan tinggi, bahkan terkadang bajak-membajak tenaga dari lain perusahaan pun menjadi pilihan. Dari kegiatan bajak membajak itu sendiri sebenarnya jelas bahwa kriteria atau kualifikasi yang diinginkan perusahaan adalah tenaga-tenaga yang sesuai kemampuannya dengan pekerjaan yang harus diselesaikan.

Masalahnya, seringkali persoalan-persoalan formal lebih menjadi pertimbangan, seperti pengalaman kerja dan tingkat pendidikan formal. Padahal kriteria inilah yang sebenarnya menjadi perangkap dalam rekrutmen, sehingga tanpa disadari perusahaan justru merekrut tenaga yang tak sesuai dengan pekerjaan yang tersedia. Pengalaman kerja bukanlah alat ukur yang tepat berhasil tidaknya seseorang dalam pekerjaan. Seringkali yang berpengalaman kerja sepuluh tahun, misalnya, membuat kesalahan kerja yang fatal lebih banyak dibanding yang berpengalaman kerja hanya enam atau tujuh, bahkan lima tahun.

Perangkap lain adalah merekrut sesuai keinginan menajer yang bertanggung jawab dengan proses rekrutmen itu sendiri. Biasanya manajer ini merekrut personal dengan menjadikan dirinya sendiri sebagai pembanding. Kalaupun prestasi manajer bersangkutan bagus, tapi memenuhi perusahaan dengan orang selevel justru akan menciptakan ketidakseimbangan. Staf yang memiliki 'kekuatan' yang sama justru merupakan kelemahan manajemen.

Jadi Kutu Loncat? Gampang
Persaingan bisnis semakin ketat. Bukan hanya menyangkut bisnisnya, tapi juga sumber daya manusianya. Bajak membajak manajer terjadi. Dan jika Anda adalah salah satu dari manajer yang mendapat tawaran dari perusahaan lain berupa posisi tinggi ditambah paket penghasilan yang menggiurkan, maka ucapan selamat adalah yang terpantas untuk itu. Tapi sebelum terlanjur disilaukan oleh posisi dan paket penghasilan tadi untuk segera memulai bekerja dalam manajemen baru, tak ada salahnya jika memperhatikan beberapa hal.

Pertama, cobalah untuk mencari tahu, atau mungkin malah memastikan seberapa besar tanggung jawab dari pekerjaan yang akan dilakukan di perusahaan baru. Perhatikan pula posisi Anda yang sesungguhnya dalam manajemen, baik itu secara praktis maupun strategi bisnis. Dan terakhir, cobalah mencari tahu bagai posisi perusahaan yang memberikan tawaran tadi di pasar. Apakah perusahaan itu termasuk salah satu yang terbaik?

Semua pertimbangan dan hal-hal di atas akan sangat berati guna mengetahui sekaligus memahami kemampuan Anda dalam melakukan tugas-tugas baru. Siapapun rasanya tak ingin hanya bekerja satu, dua, atau tiga tahun lalu setelah itu dilupakan begitu saja oleh perusahaan. Pertimbangan ini pula yang sebaiknya menjadi pegangan jika Anda, atau siapapun, memilih untuk meniti karir dengan berpindah-pindah perusahaan tak ubahnya, maaf, 'kutu loncat'. Tak ada yang salah dengan karir semacam itu, tak juga menjadi masalah. Tapi, jika siapapun sampai 'meloncat' kembali ke perusahaan semula, maka mungkin dia sudah meloncat mundur. ***

-------------------------------------------------------
source: artikel Republika

==============================

Risk-Taking--Get Your Feet Wet!

We often use the phrase, Get Your Feet Wet when we are just beginning to learn how to do something or are about to pioneer a new initiative. When we participate in a project for the first time, there is usually a hesitancy to step out into the unknown. There's no better way to learn than by doing. This requires that we move away from our comfort zones and step out into the unknown, which usually exceeds our reach and makes us stretch to get it.

Stepping Out Into the Unknown

The unknown elicits strong emotional responses, the chief of which is fear. We re afraid to take chances or that we will make mistakes. While mistakes are embarrassing, they can be used to jumpstart and enhance our learning. Other reactions to the unknown include:

* Hesitancy. Being cautious and tentative; playing it safe.

* Discouragement. Disappointment and worry; backing up and settling for less than our best.

* Pessimism. Focusing on the problems and challenges instead of the solutions and opportunities.

While the above list is not all inclusive, it is helpful in understanding our emotional response to the unfamiliar strange mysterious uncharted territory. To step out into the unknown requires courage, commitment and conviction.

How to Get Your Feet Wet at Work

1. Courage. Prepare for your next challenge or opportunity by doing your homework. Learn as much as you can and apply that learning when working in indeterminate assignments or dealing with vague requests. Take a leap of faith into the unknown and just do it. Don t wait until everything is perfect and you are entirely ready physically, emotionally, and financially. You ll never be absolutely and totally ready or ultimately prepared. Most times, you just have to begin, so build up your courage and take the plunge!

2. Commitment. Once you ve decided to do it, dedicate yourself to accomplishing the task. It s a good idea to get your feet wet by completing smaller action steps related to the task in order to test the waters without expending all your effort and energy at once. In any event, start small and see what works. Make course corrections as necessary, and remain focused and committed to completing the task, overcoming the main challenge, or taking full advantage of the opportunity.

3. Conviction. Cultivate a passion and fervor for the task. Don t doubt or waver in your belief and confidence that you can succeed. Sure, you will make mistakes and encounter problems along the way, but you must be persuaded and have complete assurance that you can jump over these hurdles to achieve the goal.

Every day, you embark on a journey into the unknown and experience what seems like a lifetime lived in 24 hours. Don't be afraid to get your feet wet. Your first efforts may not be perfect, but you've got to start somewhere. Use the wisdom you gain from your experiences to strengthen your character and competence, and to prepare for future journeys. ***

---------------------------------------------
by Althea DeBrule
About the author: Althea DeBrule, entrepreneur & seasoned human resources executive, has helped people achieve their career goals for more than 30 years. She is recognized for her bottom line and practical application of career transition & development strategies in a way that compels action. To discover how Althea can help you take your career to a new level, visit http://www.extreme -career-makeover.com/


==============================


Did you hear the one about the funny quiz that was walking past

Q. My company publishes a monthly employee newsletter. My boss asked me to write a funny quiz. I'm not exactly a stand-up comic. Help!

A. Ah, the funny quiz. Lucky you! It's not often that a company has an official sense of humor that they are willing to display for all to read. This is going to be a great assignment for you!

A funny quiz is typically one where the questions and answers have no real purpose other than to make the quiz taker laugh. Although almost anything goes, there are some taboo subjects. Off hand I'd say that anything that pokes fun at a specific person, or groups of people, as well as anything that's anti-semitic, racial, sexual, political, or religious should be off limits. Remember, what one person thinks is funny can offend someone else. Even seemingly innocuous subjects like "hillbilly" or "redneck" jokes might not be funny to someone who lives in the mountains or the deep South (like I do).

You can think of a funny quiz as a series of one-liners with multiple-choice punch lines. Because you are writing for a company publication you have a built-in "affinity group" as there is bound to be some common subjects that are company related and could be made into something funny. For example, if you work for a software development company then you might have a question that asks:

What's longer: A CEO's week or a programmer's week? If you're not laughing then you have never had a programmer tell you that the project will be ready in a week. You need to walk a fine line even when using subjects like this in your funny quiz. Say that your company just posted a 4th quarter loss because a new software product missed its launch date by a "programmer's week". It doesn't take a rocket scientist to determine that you are about to tick off a lot of people if you add that question to your funny quiz.

Try to avoid wornout jokes or cliches. A funny quiz should be funny, not lame. For example, still on the software train of thought, a question like...

Q. How many programmers does it take to change a lightbulb?
A. None. They don't do hardware.
...is older than the mystery meat in that Tupperware container in the back of the lunchroom refrigerator. No one is going to laugh at that one. No laughing = not a funny quiz! The best thing to do is to keep an eye out for humorous, safe things to poke fun at and then write a funny quiz question. My advice is to start right now and don't wait until one hour before deadline. The only thing that's less funny than a lame funny quiz is no funny quiz at all! ***

------------------------------------------------------------
by Brian Fong
http://www.QuizFaq.com
Quiz Faq - Your solutions for the quiz.


Read More...... [+/-]

Kiat Jitu Hadapi Wawancara

Kiat Jitu Hadapi Wawancara
Apakah Anda kerap gagal menghadapi wawancara kerja? Kathy Sanborn, pakar karir dan seorang pengarang, mengungkap rahasianya. Menurutnya, setiap orang dapat meningkatkan keterampilan wawancara mereka.

Tips praktis Sanborn akan membantu Anda memenangkan kompetisi.

1. Tepat waktu.
Selalu hadir tepat waktu atau jika memungkinkan sekitar 15 menit lebih cepat. Bila ada resepsionis di meja depan, tersenyumlah dan berusaha agar bersikap menyenangkan.

2. Sederhana.
Jangan berlebihan menggunakan minyak wangi dan perhiasan.
Ingatlah, ada sebagian orang yang alergi terhadap wewangian tertentu. Aksesoris atau perhiasan yang dipakai pun perlu dikenakan sepantasnya saja.

3. Terkendali.
Bertenggang rasa dan biarkan pewawancara memegang kendali.
Jika Anda mengambil alih wawancara, Anda akan terlihat agresif. Sebaliknya, bila Anda terlihat malu-malu, Anda amat mungkin tersingkir dari arena. Pewawancara bertanggung jawab untuk memulai dan mengakhiri wawancara.

4. Perhatikan sikap Anda.
Senyum menyenangkan dan kepribadian yang bersahabat adalah aset yang utama. Pewawancara akan memutuskan untuk menerima atau menolak Anda dalam detik-detik awal wawancara Anda. Jika ia menyukai Anda, ini berarti Anda punya peluang besar untuk diterima karena ia berpikir Anda sesuai dengan perusahaan.

5. Waspada.
Berlatihlah dengan sejumlah pertanyaan standar sebelum hari wawancara. Jawaban Anda harus terdengar alami dan lancar karena itulah berlatih beberapa kali agar terbiasa. Cobalah agar tidak menghafal jawaban Anda karena akan terdengar kaku dan formal.

6. Berkata sopan.
Selalu katakan hal-hal yang positif tentang diri Anda. Cobalah menghindari kata-kata, ''Saya hanya melakukan tugas sekretaris.'' Sebaliknya, sebutkan keterampilan khas yang Anda miliki untuk bekerja.

7. Ingatlah bahwa sebagai besar pewawancara tidak benar-benar terlatih menghadapi proses wawancara. Mereka mungkin menanyakan Anda pertanyaan yang menyimpang karena mereka buta hukum. Misalnya, mereka menanyakan apakah Anda sudah menikah atau memiliki anak. Ini adalah pertanyaan ilegal. Anda punya pilihan untuk menjawab atau menolak pertanyaan seperti itu.

8. Bersikap diplomatis.
Menghadapi pertanyaan sulit seperti itu, bisa saja Anda menjawab dengan diplomatis. Anda dapat mengatakan, ''Apa hubungan perkawinan saya dengan pekerjaan ini?'' Dengan begitu, pewawancara dapat memperbaiki pertanyaannya.

9. Hindari menempatkan benda pribadi atau siku Anda di meja pewawancara. Ini karena meja adalah wilayah pribadi dan pewawancara mungkin merasa tak nyaman karena Anda memasuki wilayahnya.

10. Tanyakan pula kapan dia akan memberikan keputusan dan kapan waktu terbaik untuk menghubunginya. Dengan begitu, Anda akan terhindar menunggu telepon berdering jika Anda tahu kapan tepatnya berita itu disampaikan.

11. Pastikan menindaklanjuti proses tersebut. Anda dapat menelepon jika tidak kunjung mendengar kabar pasti dalam tenggang waktu tertentu. Boleh saja menunjukkan bahwa Anda tertarik dengan posisi itu. Terkadang satu panggilan telepon dapat menyebabkan Anda memperoleh atau kehilangan posisi itu.

------------------------------------------------------
source: artikel Republika


================================================

The Power of Effective Coaching Skills


T
he most valuable assets of a 20th century company were its production equipment. The most valuable assets of a 21st century organization will be its knowledge, workers and their productivity. -Peter Drucker Peter Drucker is a respected author and opinion leader (he invented the process of management by business objectives ) and I m positive he would agree that one notable way to get the best performance from workers and maximize their productivity is through coaching; an interactive communication process between members of an organization aimed at exerting a positive influence on performance.

Is coaching developing some momentum? At the 2003 ASTD Conference, President Tina Sung spoke of coaching skills as being one of the four emerging trends for the future. Type coaching skills into Google and you ll find about 5 million entries. Graduate Schools of Management and the AIM run courses on it. Even my local suburban newspaper advertises coaching franchises.

The AITD s February meeting in Sydney featured Coaching and drew 85 participants. Who knows, we may soon be watching prime time TV and marvel at a cluster of coaches renovating a block of home units. Now that s what you call acceptance! Since coaching is something done with people, rather than to people, just how well prepared (both in skills and attitude) are managers to coach? Managers typically have an innate interpersonal technique, and so perhaps management s perceived value of coaching can be indicated by how readily it s being absorbed into business culture and put into practice.

Kate Farrelly reported in the Sydney Morning Herald (March 2003) that in a study of 35,000 managers in Australia and New Zealand their leadership style is oriented towards fear of failure and denial of responsibility rather than pursuing the company s goals and developing good staff relations.

The ASTD s journal (T&D, March 2003) reports Mercer s Effective Management Practices Survey that found 78% of employees surveyed said their managers routinely conduct annual performance reviews, (while only) 26% said managers routinely provide ongoing coaching and constructive performance feedback. So, managers are either not coaching or the people they re coaching don t know when they are being coached! But this data indicates that coaching is one of the most avoided of all leadership tasks. So why in some managers is there a disconnect between the manager s ability and/or willingness to coach and their drive to achieve the organization s goals?

Further to this disconnect, we need to make the distinction between coaching skills and effective coaching . Managers coach when they are willing and able to address the effective and efficient performance of tasks. If coaching occurs within an obvious context of a shared vision, corporate objectives, organizational values and performance indicators then what s achieved is effective coaching. Finding solutions to this disconnect provides trainers with an opportunity to develop a role as a performance consultant - someone who has a primary role of improving productivity, first through analysis of the cause of the issue and then, designing appropriate behavior change programs. Start by understanding how the managers think. What they do and don t react to and where their focus is aimed when it comes to people.

Stop using training language and start using management language to improve understanding. Find out what business processes and outcomes managers measure in order to determine productivity and profitability. From a selfish perspective, being an advocate for coaching and being able to communicate this business case for coaching places you in a position of higher value within the organization. You show yourself as someone who is on a similar wavelength as the managers in helping drive the business.

Some managers confuse coaching with simply giving advice. As Gore Vidal said, There is no human problem which could not be solved if people would simply do as I advise. The reality is often that, as Gordon Dickson noted, some people like my advice so much that they frame it upon the wall instead of using it. So, what is another alternative, a more effective approach?

There is an increasing need to improve involvement and engagement of all employees to achieve business outcomes. Managers are continually asked to improve productivity without additional resources. One option is to enhance behavior and performance through interactive communication and influence, such as coaching. Managers need to invite employees to participate as partners, develop trusting relationships and combine everyone s best efforts into creating business solutions. Managers also need to use their coaching skills with people within (who don t necessarily report to them) and outside their organization.

Typical business performance indicators include productivity, employee turnover, profitability and customer satisfaction. The Gallup Organization published a study that examined the relationship between employee perceptions and these performance indicators (Curt Coffman and Jim Harter, 1999). The study found that, within successful business units (with above average performance) employees have clear expectations, close relationships, can see how what they do relates to something significant, and have an ongoing opportunity to contribute to that something significant while learning and growing as individuals.

It found that successful business units were 50% more productive, had a 13% lower employee turnover, were 44% more profitable and had a 50% better level of customer satisfaction compared to those that had below average performance. Interestingly, coaching skills often is associated with leadership. Warren Bennis (an associate of Peter Drucker) has 4 characteristics of leadership:

1. commitment to a mission
2. communicating a vision
3. self confidence
4. personal integrity

The first two characteristics involve effective coaching and the last two are personal qualities of a leader. The first two address the performance indicators mentioned by Coffman and Harter above and deal with the question, what standard or parameters do I coach to? It s difficult to coach people if you have little grasp of your team s purpose or image of the future that they can attain. A workable vision should include milestones that indicate progression towards realization.

Without these two, team members will have little guidance and will be left to their own devices as to what successful growth means. Therefore encouraging coaching fosters leadership as people acquire a mindset, communication skills and values that will help build partnerships and commitment to the organization s goals. Aligning organization business outcomes with employee needs while addressing their performance imperfections, via the activity of coaching, gives leadership meaning and challenge.

Added to this, most organizations have company value statements that say something like we value our people . An effective coaching skills strategy that emphasizes collaboration and respect rather than control and faultfinding, adds a tangible aspect to this value. People can see an effort being expended in helping them do a good job and experiencing a sense of achievement. Effective coaching skills, therefore, contributes to not only a push to achieving business outcomes, but also a pull towards effective leadership.

By using the CMOE eight step coaching skills model, rather than free form coaching, you introduce a systematic approach to improving performance. Typically, people judge themselves on the basis on their intentions and most managers are well intentioned, doing their best. But they also report that sometimes they achieve a performance improvement result and sometimes not, and don t know why. Coaching effectively is not as simple as some models and writers would lead us to believe. There is a critical balance between being supportive and caring and being clear and direct. A systematic approach teamed with a collaborative attitude keeps the coaching process objective and focused on business outcomes. This facilitates giving feedback by reducing personal bias. Together with a shared vision, coaching will produce changes in skills that produce measurable results and not just random activity.

A systematic coaching approach is very helpful with the more difficult people. Kate Farrelly notes that most managers try to avoid conflict, almost at all costs. Conflict is usually the natural result of people pursuing different aims with resolution traditionally a contest of power or guile. Some managers avoid or deny the existence of the issue because they feel it may demotivate the person or the team, or maybe they feel they don t have enough skills to coach this individual. The reality is that the aims of those in conflict are rarely clear or agreed. Conflict lessens when the coach and coachee can agree on the kind of future they both want; the way things should be shared vision and shared expectations, boundaries and guidelines. In fact, if all coaches (within the organization, business unit, etc) use the same systematic approach/ model they talk a common language it s easy for them to share tips and techniques that work, especially on these more challenging people.

Managers, employees and established work practices are under pressure to change and achieve results never before asked of them. Effective coaching skills, while not being a resolution, can be a major contributor to the solutions. Effective systematic coaching is an opportunity to build meaningful partnerships between members of an organization who meet these challenges. Without effective coaching skills, progress is just that much harder.

Mark Twain said it all, I m all for progress, it s change that I don t like! ***

-----------------------------------------------------------------
by Mark Wayland
Mark Wayland works for The Center for Management and Organization Effectiveness, Inc.
If you would like to learn more about CMOE s coaching skills and discover what 100,000 managers have learned around the world, please contact a Regional Manager at (801) 569-3444.

Read More...... [+/-]

Teknik dalam Wawancara

Teknik dalam Wawancara
Saya telah mencapai banyak hal sebagai pemimpin dan masih ingin berkembang ke posisi yang lebih menantang. Namun saya gagal untuk membuat orang terkesan pada saat wawancara. Saya selalu berpikir saya tepat untuk posisi itu, namun saya tidak pernah mendapatkan jawaban yang memuaskan. Apa nasihat Anda?

Eddie Khumalo, Johannesburg, Afrika Selatan

Pertanyaan Anda mengingatkan saya pada saat satu diantara kami bertugas dalam proses rekrutmen ketika kandidat muda yang masuk dengan bangganya masuk ke ruang wawancara. Kemudian ia memulai wawancaranya dengan berkata, "Jadi, mari kita meluruskan ini, Anda yang akan mengajukan pertanyaan pada saya, atau saya yang bertanya?." Sikap keberanian yang berlebihan, tentunya, tidak bisa mengambil hati banyak orang.

Anda sepertinya tidak mempunyai masalah dengan keberanian yang berlebihan itu. Namun Anda juga tidak bisa mengambil hati orang-orang. Kami mengira Anda terlalu tertekan selama wawancara karena berusaha memberikan jawaban yang cerdas yang terukir sempurna. Itu berlebihan. Seharusnya resume Anda sudah dapat menceritakan kualitas Anda yang sebenarnya. Tentunya Anda dapat menggunakan interview untuk mengelaborasi atau menjelaskan hal yang belum diterangkan mengenai kemampuan Anda.

Namun dari pertanyaan Anda sepertinya penting untuk menunjukkan bahwa Anda seorang bos yang potensial. Bahwa sebagai pemimpin Anda peduli pada tim dan pekerjaan Anda. Bahwa Anda tertawa, mendengarkan, mengkhawatirkan, punya ketertarikan terhadap banyak hal dan secara emosional terhubung pada hal-hal itu. Sejatinya pada sebuah interview, daya jual Anda adalah pada kualitas Anda menjadi diri sendiri. Jadi berhentilah 'tampil' dan jadilah diri Anda sendiri. Jawaban yang Anda nanti-nanti itu bisa Anda dapatkan kalau Anda membiarkan dirimu yang sebenarnya berbicara.
Semoga berhasil.***

-------------------------------------------------
source: artikel Republika

================================================

How HR Work To Get The Jobe Done?

Human Resources is just what it says: resources for humans within the workplace! Its main objective is to meet the organizational needs of the company it represents and the needs of the people hired by that company. In short, it is the hub of the organization serving as a liaison between all concerned. Depending on the size of the company, the HR Department might be called Personnel with a manageable workforce that can be handled by a personnel manager and a small staff. For larger, more complex organizations with hundreds of departments and divisions, the task is much more demanding, taking on a life of its own.

Some companies have more than one HR Department - Corporate and Union. For example, a food service industry might have a Corporate HR Department that oversees white collared employees and an HR Department that oversees the blue collar workforce with an emphasis on labor relations. With such diverse needs, the organization will institute these two HR Departments to manage the unique needs of both union and non-union employees. Some of the many core functions of the Human Resources function involves the following: Organizational Development: To ensure its success, a company must establish a hierarchal reporting system.

Picture an organizational chart with boxes representing each position starting at the top with the first and single-most important being the highest-ranking role. Following the lines, more boxes are branched off to define each department head and their direct reports. As the company expands, so will this chart. The funnel of responsibility is critical to the efficiency of a smoothly operating business entity in which there is a clearly defined understanding of who is responsible for what. This is what HR does for a company. They provide consultation to a company s management team to identify what the company s core business and culture is about, and proceeds to plan and map the company s organizational infrastructure to support those needs.

Employee Recruitment and Selection Process:

There are many steps to recruiting and selecting qualified employees. First, a department head must inform the HR manager of an opening in their department. Then the HR manager must obtain the job description to formulate a Job Description Sheet for publication either internally, publicly, or both. Then HR must field the (many) responses to that job announcement to weed out the qualified from the unqualified applicants. Once that is completed, the interview process must be coordinated. This is a full time job! If one job ad generates 80 responses, there s a good chance that only 10 applicants are highly qualified for the position.

If the department s hiring manager were to interview the other 70 less-than-qualified applicants, their department would come to a complete standstill because there would be no time for anything else! That s where HR, a.k.a. Fort Knox, comes in. They prepare the job description, contact the newspaper, run the ad, field the calls, faxes, and emails, compile a list of potential candidates from dozens of in-coming resumes, submit their list of potential candidates to the department s hiring manager for approval and selection, contact the chosen candidates to set up preliminary interviews, and interview the candidates! Yes, that s right. Preliminary interviews! Although most interviews are with the hiring manager or their associates, not all applicants get to meet with the department s hiring manager right away. It is not uncommon for a company to filter out those who fail to impress the HR manager first.

For those select few who make it through, the HR manager schedules interviews between the department s hiring manager and potential candidates, and follows up with the hiring process to establish the new hire with the company. Not unlike the screening process for American Idol, a job seeker needs to perform their best to impress the judges. Employee Training & Development: As a company and the requirements of a position evolve, a company needs to take certain measures to ensure a highly skilled workforce is in place.

The Human Resources Department oversees the skills development of company s workforce, acting as an in-house training center to coordinate training programs either on-site, off-site, or in the field. This might include on-going company training, outside training seminars, or even college, in which case an employee will receive tuition reimbursement upon earning a passing grade.

Employee Compensation Benefits:

This covers salaries, bonuses, vacation pay, sick leave pay, Workers Compensation, and insurance policies such as medical, dental, life, and 401k. The Human Resources Department is responsible for developing and administering a benefits compensation system that serves as an incentive to ensure the recruitment and retainment of top talent that will stay on with the company. When an employee is hired, the company s Benefits Coordinator is required to meet with employees one-on-one or in small group settings to explain their benefits package. This often requires an employee to make an informed decision and to provide their signature for processing purposes

Employee Relations:

With the increased rise in unethical practices and misbehaviors taking place in today s workplace such as age, gender, race, and religion discrimination and sexual harassment, there needs to be mandatory compliance with governing rules and regulations to ensure fair treatment of employees. In short, employees need to know they have a place to turn when a supervisor abuses his or her authority in anyway. Whether corporate or union, the HR Department will get involved to act as arbitrator and liaison between legal entities, regulatory agencies such as Human Rights, supervisors (who might be falsely accused), and employees to properly address and resolve the issue at hand.

Policy Formulation:

Regardless of the organization s size, company policies and procedures must be established to ensure order in the workplace. These policies and procedures are put in place to provide each employee with an understanding of what is expected of them. Similarly, these policies and procedural guidelines will assist hiring managers in evaluating their employee s performance. These policies can be established company-wide or used to define each department s function. It is Human Resource s responsibility to collaborate with department managers on the formulation of these policies and regulations to ensure a cohesive organization.

A common practice is the development and implementation of an Employee Procedure Manual or Employee Handbook that is either distributed to each employee at the time of hire or a master copy allocated one to a department.

HRIS Human Resources Information Systems:

To keep track of the vast amount of data, a human resources department must have a good HRIS in place to automate many functions such as planning and tracking costs, monitoring and evaluating productivity levels, and the storing and processing of employee records such as payroll, benefits, and personnel files.

It is very important that you, the job seeker, understand how the HR function works specifically in the area of candidate recruitment. If you are considering a career in human resources, you can choose to become a Generalist or a Specialist. Some titles include HR Manager, HR Recruiter, HR Administrator, Payroll Coordinator or Assistant, PeopleSoft HR Project Manager, Benefits Administrator or Coordinator, Labor Relations, Training Coordinator, HRIS Specialist and HR Consultant.

Whether a job seeker or a HR professional, research a company well before applying for a position.***

-------------------------------------------------
by Ann Baehr
Ann Baehr is a Certified Professional Resume Writer and President of Best Resumes of New York. She currently serves as Second Vice President of the National Resume Writers' Association. Her work has been published in over twenty resume and cover letter books by McGraw-Hill, Jist Publishers, and Adams Media. To learn more, visit Best Resumes online at www.e-bestresumes.com or email Ann Baehr directly at resumesbest@earthlink.net

Read More...... [+/-]

Resume Elektronik, Seperti Apakah?

Resume Elektronik, Seperti Apakah?
Begitu banyaknya resume pribadi yang ada di internet, mereka ada dimana-mana. Sebelum anda menjadi bagian dari mereka, dan menempatkan resume anda tersebut di internet, anda perlu mengetahui sedikit banyaknya kunci-kunci bagaimana mempersiapkan resume tersebut, khususnya untuk resume yang dibentuk secara elektronik.

Seperti diketahui bersama, terdapat tiga jenis resume yang sering kita temukan, khususnya bagi mereka yang menggunakan internet sebagai tempat pencari informasi karir dan pekerjaanya. Ketiga jenis itu adalah: resume tradisional, berbasis teks, dan berbasis web. Ketiga jenis ini tentunya harus dicermati dan dibentuk sebaik mungkin, sehingga peluang yang didapatkan untuk meningkatkan karir dan pekerjaan anda akan semakin tinggi.

1. Jenis Resume
Pada kebanyakan situs penyedia lowongan pekerjaan di Internet, memberikan berbagai alternatif bagaimana resume anda dimuat atau dikirimkan kepada mereka.

Beberapa situs memberikan langkah demi langkah bagaimana situs tersebut disimpan ke dalam database, katakanlah jobsdb, atau karir.com, anda dituntun didalamnya mulai dari mengisi data pribadi anda, riwayat pekerjaan, serta jenis pekerjaan yang diminati.

Disamping itu, mereka juga menyediakan tuntunan untuk pencarian pekerjaan pada perusahaan-perusahaan yang terdaftar pada situs mereka yang sedang membutuhkan tenaga kerja, disamping masukan-masukan yang diperlukan pada saat test wawancara dilakukan. Dengan demikian setelah resume anda disimpan, maka anda pun dapat dengan leluasa mencari pekerjaan yang sesuai dengan minat anda.

Pemuatan resume untuk disimpan ke dalam database memerlukan sikap hati-hati, sehingga dengan informasi yang tepat dan bermanfaat akan membantu anda mendapatkan pekerjaan sesuai dengan bidang yang diminati, terutama jika mereka yang ingin mengenal anda sekilas melalui riwayat hidup tersebut. Untuk itu, isilah resume tersebut yang sesuai dengan kondisi anda yang sebenarnya.

Resume yang disimpan ke dalam database pada situs tersebut merupakan langkah awal perkenalan anda dengan mereka yang akan merekrut anda. Mereka akan mengenal anda pertama kali melalui informasi yang anda berikan ini. Jika anda ingin mengisikan resume anda, anda memang harus memulai dari sini.

Para ahli penyedia layanan pencarian kerja, membagi resume ini menjadi tiga kategori khususnya untuk proses pencarian kerja di internet. Kategori atau tipe riwayat hidup tersebut adalah:

- dengan format tradisional
- scanable,
- berbasis halaman web.

2. Tradisional
Merupakan resume dengan versi yang tersusun rapi sesuai dengan format yang anda inginkan, memuat potensi-potensi serta hal-hal yang menarik tentang diri anda. Termasuk dengan susunan dari resume dengan tataletak yang menarik. Resume untuk tipe ini umumnya cenderung kepada penggunaan dan permainan kata-kata yang mengungkapkan prestasi, kepandaian, kecakapan, serta bagaimana pencapaian usaha yang pernah anda lakukan.

3. Scanable
Tipe ini merupakan hasil pengambilan data-data yang diisikan pada resume tipe tradisional anda dalam bentuk kumpulan teks sehingga bisa dimuat ke dalam database. Isinya lebih cenderung penggunaan informasi berupa teks saja, sehingga mudah untuk dipindai atau dimasukkan ke sumber database yang menyimpan resume dari banyak orang secara terkomputerisasi.

Dengan demikian akan mempermudah pembacanya untuk melihat prestasi serta potensi anda berdasarkan kelompok data yang terdapat pada database tersebut.

4. Web-based
resume seperti ini mirip dengan reseume tipe tradisional tadi, namun ditampilkan pada situs pribadi atau situs penyedia layanan pencarian kerja. Dengan demikian, siapa pun dapat membaca reseume anda melalui media internet pada situs dimana resume tersebut dimunculkan.***

--------------------------------------------------
by jack Febrian
source: http://artikel.total.or.id/
jack Febrian -- Dosen dan Praktisi Teknologi Informasi di Bandung. Telah menulis beberapa buku, diantaranya Menggunakan Internet, Kamus Komputer dan Teknologi Informasi, Menjelajah Dunia dengan Google, Tentang Pendidikan Tinggi di Indonesia, dll.

================================================

Are You A Control Freak?


One of the most frightening things a person can experience in life is to be out of control. It is part of our nature to take charge, direct and have power over things, situations and people. It is perfectly normal to want to be in control of your life. But when that control extends to imposing your will upon and dominating everyone else around you as well, then you are out of control. Some of us have a higher need to control than others. Unfortunately, when this need becomes excessive, we turn into control freaks you know those people who insist on having their way and being in charge of every situation.

Control freaks insist on running the show and calling all the shots. They are skilled at manipulation and intimidation, and work extremely hard to keep everything around them in check. What about you? Are you a control freak?

Consider these five descriptors:

1. Wise in your own eyes. You believe that your wisdom and advice is far better than that of everyone else you meet, and you are always prepared to dispense it freely.

2. Only your input is valid. You enjoy expressing your opinion in conversations and meetings, but hate it when other people follow suit. You discourage the input and feedback of others, and feel threatened by it.

3. An obsession with everything you do. You constantly evaluate, analyze, review and re-check everything you do to the point of paralysis.

4. Perfectionism. If you want things done right, then do it yourself, is your motto. You are convinced no one else can do things properly when left alone and according to your extremely high standards.

5. Stressed-out. You don t eat or sleep very well because of anxiety and worry that things may go wrong. Instead of using your imagination to come up with creative solutions to problems, you spend more time daydreaming about the worst that could happen.

How did you do? If you identify with every one of these descriptors, then it is most likely obvious to everyone (and now also to you) that you are a control freak. If you only matched with a few then, there is hope for you yet!

Overcoming Control Freak Tendencies

1. Engage in personal discovery. Identify what is at the heart of your need to always be in control of everything. Spend some time reflecting on the circumstances that have contributed to your high control need; then develop several actions you can take to overcome these control freak tendencies, and make sure you implement them.

2. . Learn the art of flexibility and self-control. You don t have to know or do everything! Practice give-and-take. If you give others a chance to contribute and share their opinions, then you will receive (take) untold benefits resulting from the diversity of thought, ideas and creativity.

3. Balance your priorities. It is impossible for two or more things to have number one priority status. Face the fact that your boss and co-workers each have their own set of priorities. Stop imposing your list on them. Instead, collaborate and develop a mutually agreeable list that can be tackled in the shortest time possible with high standards of excellence.

There are times when each one of us is a little controlling. We want to do an excellent job or complete a project on time and under budget. However, if you are not careful, a tendency to over-control things will stifle, neutralize and keep you from succeeding.

To avoid this catastrophe...today, take a personal inventory of your control tendencies and ask someone you trust to help you re-program your behavior for success.***

----------------------------------------------------
by Althea DeBrule
About the author: Althea DeBrule, entrepreneur & seasoned human resources executive, has helped people achieve their career goals for more than 30 years. She is recognized for her bottom line and practical application of career transition & development strategies in a way that compels action. To discover how Althea can help you take your career to a new level, visit http://www.extreme -career-makeover.com/

Read More...... [+/-]

Cara Sederhana Penyusunan Resume

Cara Sederhana Penyusunan Resume
Anda mungkin memiliki sekitar 30 detik untuk memperkenalkan diri anda, khususnya pada saat penerima pekerja pertama kali ingin mengenal anda, yaitu dengan membaca resume anda. Jika terdapat puluhan, atau bahkan ratusan pelamar terhadap suatu pekerjaan yang sedang dibuka, tentu kunci awal umumnya seseorang dipanggil adalah melalui resume yang mereka kirimkan.

Untuk itu, pintar-pintarlah dalam membuat resume ini. Anda dikenal pertama kali melalui ini, anda dipanggil atau ditelpon untuk wawancara pertama kali juga karena ini. Anggaplah resume anda adalah diri anda yang anda tampilkan pertama kali. Sebuah resume merupakan ringkasan tentang diri anda yang sesungguhnya, yang ditinjau dari sisi prestasi, kepandaian, kecakapan, pendidikan, pengalaman kerja. Tentunya resume ini harus mampu menunjukkan kekuatan yang anda miliki.

Berikut ini kita ulas pokok-pokok tentang resume yang sebaiknya digunakan. Pokok-pokok resume ini, dikhususkan untuk mereka yang konsisten bekerja pada bidang yang sama. Bagi anda yang telah memiliki pengalaman pada berbagai bidang pekerjaan, disarankan untuk menambahnya sesuai dengan kebutuhan anda. Berikut ini komponen kunci dari resume yang banyak digunakan.

1. Identifikasi
Informasi pokok tentang bagaimana seseorang dapat menghubungi anda. Meliputi nama, alamat, nomor telpon, dan alamat email. Jika anda masih sekolah atau kuliah, sebaiknya pada bagian ini juga ditampilkan alamat sekolah berikut alamat rumah anda. Dalam bahasa Inggris, mereka menuliskan bagian ini dengan judul “Identification”.

2. Job Objective
Bagian ini bersifat opsional, dan penting bagi mereka yang baru tamat sekolah, atau untuk mereka yang ingin merubah karir mereka. Disamping itu, jangan lupa untuk menggunakan judul surat anda yang menerangkan tentang bidang yang anda minati. Jika anda menggunakan job objective ini, gunakan bagian ini untuk menerangkan jenis pekerjaan yang anda inginkan, gunakan kalimat pendek antara dua hingga empat baris.

3. Prestasi
Dalam bahasa Inggris biasanya disebut dengan Key Accomplishments, merupakan bagian yang merangkan tentang prestasi yang pernah anda raih. Beberapa pakar dan mereka yang ahli dalam penalaahan resume ini, menyarankan agar bagian ini untuk menampilkan prestasi dan kesuksesan anda.

Anggap saja bagian ini merupakan ringkasan tentang riwayat hidup anda, sebutkan dengan jelas dan singkat tentang prestasi dan kesuksesan tersebut, sehingga bagian ini menjadi bagian yang akan dipertimbangkan oleh penerima pekerja tersebut. Bagian ini bisa ditulis dengan bermacam-macam judul, seperti “Professional Profile”, “Summary of Accomplishments”, “Key Skills”, “Summary of Qualifications”, atau “Kualifikasi”.

4. Pendidikan
Untuk mereka yang baru saja lulus, bagian ini merupakan bagian penting yang menerangkan tentang mereka. Sedangkan untuk mereka yang sudah berpengalaman kerja, sebaiknya diikuti dengan bagian pengalaman kerja.

Sesi ini sebaiknya menerangkan tentang sekolah-sekolah yang pernah diikuti, termasuk juga dengan pendidikan dengan masa tahunan. Lengkapi dengan gelar hasil pendidikan yang diperoleh, penghargaan, dll. Khusus untuk mereka yang baru lulus, munculkan informasi yang kira-kira penting bagi penerima pekerja tersebut. Misalnya nilai Indeks prestasi (IP), Indeks Prestasi rata-rata, dan hal lain yang dianggap penting. Di dalam bahasa Inggris, mereka memberi judul bagian ini dengan “Education”

5. Pengalaman Kerja
Runtutan pengalaman pekerjaan dituliskan di sini, tentu saja harus diikuti dengan nama perusahaan, jabatan pekerjaan, masa pekerja di sana, serta catatan tentang prestasi yang diperoleh di sana. Tampilkan daftar prestasi dalam bentuk bullets, karena pola demikian lebih bagus dibandingkan dengan pola paragraf, sehingga bisa terlihat jelas bagi pembacanya.

Penting untuk bagian ini, usahakan untuk menggunakan kata-kata kunci yang mungkin banyak digunakan oleh para pencari pekerja, sehingga kata kunci tersebut dapat tersangkut dengan keinginan mereka. Dalam penulisan judul, bagian ini diberi judul bermacam-macam, misalnya dengan “Experience”, “Work History”.

Beberapa orang menyarankan menggunakan kata “Experience”, atau “Pengalaman” dengan alasan kata pengalaman lebih luas ketimbang kata “History”, terutama untuk mereka yang baru lulus. Selain itu, bagi mereka yang pengalamannya belum banyak, bisa memasukkan tugas akhir mereka pada bagian ini, sehingga mampu memperlihatkan skill dan kemampuan yang bersangkutan.

6. Affilation/Interests
Bagian ini bersifat opsional, artinya bisa dituliskan bisa juga tidak. Sebaiknya dituliskan jika ruang dari resume anda masih ada. Pengaruh bagian ini biasanya untuk memecah ketegangan khususnya ketika terjadi wawancara dengan mereka pencari pekerja, biasanya mereka melihat bagian ini sehingga suasana dari formal dapat dibuat rileks menjadi sedikit bernuansa informal.

Jika anda berniat untuk menuliskannya, sebaiknya isi bagian ini dengan hal-hal yang akan mendukung bidang karir yang anda minati, hindari hal-hal yang bersifat berlawanan.

7. References
Pada beberapa ahli, menganggap bagian ini sudah ketinggalan, tetapi jika resume anda masih memungkinkan untuk mengisi bagian ini, isikanlah. Penting untuk diketahui di sini, sebaiknya bagian ini berisi kalimat yang menyatakan bahwa referensi akan diberikan apabila diminta. Hindari menuliskan nama seseorang di dalam referensi ini.***

--------------------------------------------------
by jack Febrian
source: http://artikel.total.or.id/
jack Febrian -- Dosen dan Praktisi Teknologi Informasi di Bandung. Telah menulis beberapa buku, diantaranya Menggunakan Internet, Kamus Komputer dan Teknologi Informasi, Menjelajah Dunia dengan Google, Tentang Pendidikan Tinggi di Indonesia, dll.

================================================

Wisdom to Chew On

As a high school senior, you are probably looking forward to graduating, but have you given much thought to what lies beyond that? Well now is the time to take action in order to get ahead of the competition. Many experts are reporting that the competitive nature of the job market continues to grow and is forcing job seekers to develop an extra edge to stand apart from the crowd. What will your edge be?

Dental office management is a rapidly growing field that offers a strong potential for career growth. Many people, however, will begin their dental office careers as a receptionist or other front desk worker because they lack the skills necessary to jump right in as an office manager.

Office managers enjoy not only higher salaries, but also greater responsibility and independence than front desk workers. They are the team leaders that keep the office running smoothly with their organizational and communication skills. You may now be asking yourself, "What can I do to get the edge I need to reach office management?" The answer is simple -- don't delay in learning the skills today that open the doors of tomorrow.

Develop skills right now such as: dental terminology, interpersonal communication, appointment scheduling, and insurance processing, just to name a few. These are the kinds of capabilities that employers in dental office management are searching for in potential employees.

Study in a dental office management program right from the comfort of your own home. In a very short time, you will gain a valuable education that will place you teeth and gums above the competition.

After all, you used to believe that visiting the dentist was painful; well now you realize that it doesn't have to be anymore. "Changing Lives...One Career at a Time." ***

--------------------------------------------------------
by Cathy Warschaw
Contact Details: Warschaw Learning Institute 8424 Santa Monica Blvd. #A-170 West Hollywood, CA. 90069, USA http://www.warschawlearninginstitute.com information@warschawlearninginstitute.com (323) 822-0917

Read More...... [+/-]

Format Resume Berbasis Teks

Format Resume Berbasis Teks
Berikut ini beberapa catatan yang perlu diketahui pada saat penyusunan resume berbasis teks:


- Gunakan format huruf standar, seperti courier, Times, Helvetica, Arial, atau font lain yang tidak terlalu banyak gaya.

- Gunakan ukuran normal atau sedang, umumnya antara 11-14 point.

- Jumlah karakter perbaris maksimum sekitar 65, dan tentu saja tergantung dari ukuran huruf yang digunakan.

- Hindari penggunaan gambar, bayangan, serta hal lain yang mencolok.

- Buatlah tata letak yang sederhana. Gunakan huruf besar pada setiap judul, namun hindari penggunaan huruf tebal, miring, ataupun garis bawah.

- Hindari penggunaan bullet (paragraf atau daftar bernomor)

- Teks disusun dengan rapat kiri dan rapat kanan.

- Jika riwayat hidup yang dibuat lebih dari satu halaman, tampilkan nama anda pada bagian atas setiap halaman tambahannya.

- Cetaklah riwayat hidup anda dengan menggunakan printer berkualitas tinggi, seperti printer laser atau inkjet. Hindari penggunaan priter dotmatrix atau pencetakan berkualitas rendah.

- Gunakan kertas berwarna putih dengan ukuran standar (misalnya 8,5 x 11 inci).

- Selalu kirimkan lembaran asli, bukan copian.

- Pada saat pengiriman, gunakan amplop yang seukuran kertas, sehingga dokumen anda tidak terlipat, atau dengan mengirimkannya melalui mesin fax.

Bagian Isi

- Terangkan tingkat pendidikan, bidang utama maupun spesialisasi yang anda tekuni,

- Terangkan keahlian yang ditekuni dan sertifikasi yang telah diperoleh, gunakan standar industri yang umum pada masing-masing keahlian serta sertifikasi tersebut, terutama untuk mempermudah mereka menemukan kriteria yang sesuai dengan mereka.

- Gunakan industri atau kata kunci pekerjaan spesifik yang mungkin digunakan oleh pencari tenaga kerja sehingga memudahkan mereka untuk menemukan data anda. Contoh kalimat yang mungkin digunakan adalah “sukses dalam”, “dengan biaya rendah”, “unggul dalam”, dll. Sedangkan penggunaan kata objek yang jelas, seperti “berorientasi kepada hasil”, “penjual profesional”, “account manager”, “marketing research”, “HTML Programming”, “Strategic Planning”, dll.

- Setelah bagian objective, sebaiknya anda menuliskan tentang ringkasan keberhasilan yang pernah diraih. Gunakan kata kunci yang mungkin mereka gunakan pada saat pencarian. Pintar-pintarlah menggunakan kata yang anda isikan, sehingga kata tersebut mudah ditemukan pada saat pencarian dilakukan oleh Pencari Tenaga Kerja.

- Gunakan istilah yang umum di dalam dunia industri atau bidang kerja yang anda inginkan, termasuk dalam hal gelar, tampilkan gelar dari pendidikan anda. Jika gelar tersebut mungkin berarti ganda, sebutkan kepanjangannya.***

--------------------------------------------------
by jack Febrian
source: http://artikel.total.or.id/
jack Febrian -- Dosen dan Praktisi Teknologi Informasi di Bandung. Telah menulis beberapa buku, diantaranya Menggunakan Internet, Kamus Komputer dan Teknologi Informasi, Menjelajah Dunia dengan Google, Tentang Pendidikan Tinggi di Indonesia, dll.


================================================

Resume Berbasis Teks

Tujuan dari riwayat hidup atau resume berbasis teks yang dikenal juga dengan istilah scannable resume ini, adalah sama dengan resume yang dibuat secara tradisional, yaitu untuk membantu anda mendapatkan pekerjaan!

Namun jika dilihat dari disain dan tataletak resume berbasis teks ini sedikit berbeda dengan resume yang dibuat secara tradisional, dan umumnya merupakan hal yang fital bagi mereka yang akan mencari pekerjaan untuk perlu mengetahui bagaimana mempersiapkan resume berbasis teks ini. Mengingat, pencari kerja tidak jarang akan menemukan permintaan agar resume mereka diminta dalam bentuk teks, karena umumnya mereka meminta pencari kerja untuk mengirimkan resume yang bersangkutan melalui e-mail.

Pada bagian ini, kita akan mengangkat bagaimana penyusunan yang sebaiknya dilakukan dalam pembuatan resume berbasis teks tersebut. Yang perlu diingat adalah resume yang dibuat merupakan kesimpulan padat tentang prestasi, kepandaian, kecakapan dan hasil yang pernah dicapai oleh anda selama ini. Termasuk juga di dalamnya tentang pendidikan yang pernah dilalui, pengalaman kerja, dan harus memperlihatkan kekuatan yang anda miliki.

Penggunaan resume berbasis teks tidak memiliki format yang memiliki kekayaan disain seperti halnya pada resume yang dibuat dengan menggunakan cara tradisional.

Pada banyak perusahaan, terutama perusahaan yang hitech, menggunakan gudang data untuk menyimpan resume yang mereka terima. Pada saat mereka membutuhkan tenaga kerja, mereka akan melakukan pencarian pada gudang data tersebut, karena data-data tentang pencari kerja yang masuk dikumpulkan di sini.

Dengan demikian, apabila mereka menggunakan database tersebut, maka pencarian akan lebih mudah ditemukan secara cepat dan efisien untuk mendapatkan pencari kerja yang sesuai dengan kualifikasi yang mereka harapkan.

Pencarian dengan menggunakan teknologi komputer, tentu saja dilakukan oleh mereka dengan menggunakan kata kunci yang menerangkan tentang skill dan tingkat pendidikan yang dibutuhkan pada posisi tersebut. Sehingga dengan demikian perlunya pengetahuan penyusunan resume berbasis teks ini merupakan hal yang penting bagi para pencari kerja. Terutama penggunaan kata, istilah, yang mungkin sering mereka gunakan pada saat pencarian, terutama pada saat menerangkan skill anda maupun pengalaman kerja sebelumnya.

Terakhir, perlu diingat, bahwa resume berbasis teks ini memiliki judul-judul yang sama dengan resume tradisional: seperti bagian untuk identitas anda baik nama, alamat, dan nomor telpon yang bisa dihubungi, uraian singkat tentang pekerjaan, pengalaman kerja, jenjang pendidikan, penghargaan yang pernah diterima, aktifitas kerja, training yang pernah diikuti, beserta sertifikasi yang pernah diterima.

Gunakan format secara tradisional, hindari penggunaan banyak kolom dalam mendeskripsikan bagian yang sedang anda ungkapkan.***

--------------------------------------------------
by jack Febrian
source: http://artikel.total.or.id/
jack Febrian -- Dosen dan Praktisi Teknologi Informasi di Bandung. Telah menulis beberapa buku, diantaranya Menggunakan Internet, Kamus Komputer dan Teknologi Informasi, Menjelajah Dunia dengan Google, Tentang Pendidikan Tinggi di Indonesia, dll.


Read More...... [+/-]

Situasi Wawancara Kerja dan Tampil Meyakinkan Saat Wawancara

Situasi Wawancara Kerja dan Tampil Meyakinkan Saat Wawancara
(Lowongan Kerja Online) - PADA dasarnya setiap orang ingin tampil menarik dalam setiap kesempatan. Terutama dalam kesempatan-kesempatan penting, seperti presentasi, bertemu klien, ataupun panggilan wawancara kerja. Panggilan wawancara atau interview bisa jadi merupakan moment yang cukup penting dalam hidup Anda, terutama bagi anda yang saat ini tengah mencari-cari pekerjaan.

Jangan lupa, wawancara adalah saat yang cukup menentukan lolos atau tidaknya Anda dalam proses penerimaan karyawan. Oleh karena itu manfaatkanlah semaksimal mungkin segala kemampuan yang Anda miliki pada saat tersebut.
Kesan pertama yang tertangkap oleh si pewawancara kemungkinan besar akan mempengaruhi point terhadap Anda. Dari penampilan, akan tertangkap apakah Anda merupakan calon yang pantas diterima atau sebaliknya. So, agar penampilan anda saat wawancara chic and match dari ujung rambut sampai ujung kaki, berikut yang haru diperhatikan:

Busana
Untuk menghadiri wawancara, pilihlah desain dan warna busana yang sesuai dengan bentuk tubuh dan kepribadian Anda. Tidak perlu memaksakan diri memakai model busana yang sedang in jika tidak cocok dengan bentuk tubuh dan kepribadian Anda. Hal ini hanya akan membuat anda tidak pede. Pikirkan busana yang sesuai dengan anda namun tetap sopan dan pantas dikenakan untuk wawancara.
Untuk wanita hindari memakai rok supermini dan sempit. Gunakan rok maksimal 5 cm di atas lutut. Hindari pula blus dengan belahan dada rendah, apalagi bahan yang sangat tipis. Untuk pria gunakan kemeja warna polos dan celana panjang pantalon. Hindari kemeja bermotif ramai.

Rambut
Tatalah rambut Anda sepantasnya. Tidak perlu berlebihan sampai memakai jasa hair stylish segala. Yang penting pastikan rambut Anda rapih, bersih, dan tidak berminyak apalagi lengket. Hindari memakai cat rambut atau wig yang mencolok. Bagi wanita berambut panjang, hindari asesori rambut yang berlebihan, misalnya jepit warna-warni atau bando yang terlalu besar. Sedangkan bagi pria, hindari menghadiri wawancara dalam keadaan rambut gondrong. Cukurlah rambut anda dengan rapih.

Make up
Untuk Anda para wanita, gunakan make up wajah sewajarnya. Jangan terlalu tebal dan medok tetapi juga jangan tidak memakai make upsama sekali.
Gunakan make up dengan warna-warna natural. Hindari mentato alis, memakai eye shadow dan lipstik warna-warni. Selain itu, jangan menggunakan cat kuku warna ngejreng, seperti ungu atau merah tua. Seandainya pun ingin memakainya, gunakan yang berwarna lembut seperti warna beige. Bagi pria tentu saja tidak perlu make up wajah. Tetapi sebaiknya wajah dalam keadaan segar, tidak kusut dan kusam.

Tas
Gunakan tas dengan ukuran sesuai kebutuhan dengan desain sederhana dan klasik. Hindari memakai tas punggung (ransel), tas backpack, tas dengan warna dan motif mencolok, atau tas yang terlalu kecil.

Aksesori
Untuk wanita, gunakan anting-anting pendek atau giwang. Jangan memakai antinganting panjang. Anting model ini hanya cocok dipakai ke pesta. Hindari juga memakai bros yang terlalu besar. Bagi pria, jangan sekalipun menghadiri wawancara menggunakan anting-anting di telinga Anda. Hindari identitas preman saat wawancara. Untuk ikat pinggang, gunakan ikat pinggang yang serasi dengan rok atau celana Anda. Jangan memilih yang warna-warni dan terlalu besar.

Sepatu
Jangan menggunakan sepatu sandal apalagi sepatu kets saat wawancara. Bagi wanita sebaiknya gunakan sepatu berhak 5 cm. Model sebaiknya klasik. Bagi pria gunakan sepatu pantofel, hindari memakai sepatu lars tinggi atau sepatu boot

Dengan demikian, Anda akan lebih pede saat tampil wawancara. Jika Anda pede, Anda bisa menjawab pertanyaan pewawancara dengan lancar. Bagaimana? Udah siap kan tampil wawancara...? Good-luck...! (ast/afi)

Source: http://www.indomedia.com/
SRIWIJAYA POST

Read More...... [+/-]

Tips Menerima Panggilan Wawancara

Tips Menerima Panggilan Wawancara
Mendapat panggilan wawancara adalah kesempatan berharga yang harus dimanfaatkan dengan sebaik mungkin. Karena bisa jadi Anda telah mengalahkan ratusan atau bahkan ribuan saingan pada tahap seleksi resume.
Agar Anda bisa mempersiapkan diri dengan baik untuk menghadapi wawancara kerja, ada sejumlah hal yang perlu Anda perhatikan ketika menerima panggilan wawancara yang biasanya dilakukan via telepon ini, yaitu :

Disarankan:
1. Tanyakan nama, alamat dan nomor telepon perusahaan dengan sejelas mungkin.

2. Tanyakan apa yang harus Anda bawa sebagai kelengkapan persyaratan, siapa yang harus ditemui, lengkap dengan jabatannya

3. Bila Anda berhalangan pada hari dan waktu yang diminta, ajukan alternatif jadwal baru dengan sopan

4. Bila Anda sudah sempat menyetujui dan tiba-tiba berhalangan hadir pada hari H, hubungi kembali HRD yang bersangkutan dan ajukan jadwal baru

5. Beberapa perusahaan sengaja menyembunyikan nama perusahaannya dalam iklan lowongan, karena berbagai pertimbangan (banyak diantaranya sebetulnya merupakan perusahaan besar yang memiliki reputasi baik).
Bila setelah Anda tahu identitas perusahaan yang bersangkutan dan ternyata kurang berminat untuk bekerja di perusahaan tersebut, sampaikan alasan diplomatis yang masuk akal, tanpa menyatakan keadaan yang sebenarnya. .

Yang harus dihindari:

1. Bila Anda memang mengajukan lamaran ke perusahaan yang bersangkutan, jangan tanya Anda melamar sebagai apa di perusahaan itu, karena seharusnya Anda sudah tahu persis (bila perlu, buatlah catatan/daftar nama perusahaan yang Anda kirimi lamaran beserta posisi yang dilamar). Kecuali bila Anda tidak merasa melamar, karena bisa jadi HRD perusahaan tersebut mendapatkan data diri Anda melalui fitur ”Mencari Resume” yang disediakan oleh situs kerja.

2. Menanyakan gaji dan kompensasi pada tahap ini

3. Tidak datang tanpa pemberitahuan atau tanpa alasan yang masuk akal

Begitu banyak pencari kerja yang belum mendapatkan kesempatan dipanggil wawancara, dan sangat mengharapkannya. Jadi bila Anda mendapatkan kesempatan berharga ini, pastikan Anda menghadirinya untuk menjajaki peluang karir yang tersedia.

Source: http://www.primadona.web.id

Read More...... [+/-]

Sopankah Menanyakan Hasil Wawancara?

(Lowongan Kerja Online) - Panggilan wawancara kerja merupakan saat yang paling menyenangkan bagi pencari kerja. Karena panggilan tersebut merupakan langkah awal untuk meniti pekerjaan yang diidamkan. Tak heran jika test wawancara atau test interview menimbulkan banyak harapan di dalam diri pencari kerja. Bayangan mendapatkan pekerjaan yang bagus, gaji yang cukup dan teman-teman kerja yang menyenangkan seakan sudah di pelupuk mata.

Tetapi seringkali terjadi harapan tinggallah harapan, panggilan selanjutnya ternyata hanya tinggal penantian dan impian. Dering telepon atau surat panggilan selanjutnya, tak kunjung tiba. Anda pun jadi penasaran dan diliputi berbagai pertanyaan, apakah akan ada panggilan lagi atau memang hasil wawancara Anda tidak diproses.
Tak jarang harapan yang tadinya berkobar mendadak padam.

Memang, pada beberapa perusahaan memerlukan waktu yang agak lama bahkan ada yang membutuhkan waktu sampai satu bulan untuk memproses kelanjutan test wawancara. Nah, kalau Anda menghadapi situasi demikian, agar tidak penasaran, Anda dapat menanyakan kepastian kepada perusahaan tersebut melalui telepon. Anda dapat bertanya setelah melewati waktu dua minggu dari waktu wawancara. Tanyakan langsung pada divisi HRD atau orang yang mewawancarai Anda. Jangan merasa ragu dan takut untuk menanyakan hal ini, karena bertanya merupakan hak Anda. Lagi pula, menanyakan kepastian kabar dan kelanjutan proses lamaran Anda dalam waktu dua minggu atau lebih setelah wawancara adalah hal yang etis dan cukup sopan.
Perusahaan pun pasti maklum atas pertanyaan Anda. Untuk itu usai wawancara, ada baiknya Anda menanyakan siapa dan nomor telepon yang dapat dihubungi untuk menanyakan hasil wawancara Anda.

Jika pihak perusahaan menjawab bahwa hasil test Anda tersimpan dalam database dan sewaktu-waktu diperlukan Anda akan dipanggil lagi, berarti jawaban sesungguhnya lamaran Anda tidak diproses lebih lanjut. Jawaban seperti itu biasanya merupakan penolakan secara halus setidaknya untuk saat itu. Bisa jadi, suatu saat jika ada kualifikasi yang cocok, Anda akan dipanggil lagi. Namun dengan jawaban seperti itu Anda jangan lantas terus menanti tanpa berusaha lagi. Buatlah lamaran lain sebanyak-banyaknya.

Sebaliknya kalau jawaban perusahaan memberi kepastian, misalnya,"Anda memang memenuhi kualifikasi kami dan dengan pertanyaan Anda, kami sekaligus memanggil Anda pada tanggal...", berarti kemungkinan besar Anda akan diterima. Mungkin saat itu pihak perusahaan belum sempat menghubungi Anda lebih lanjut dikarenakan adanya kepentingan lain.

Hidup ini memang penuh dengan kemungkinan. Untuk itu Anda jangan berhenti berusaha untuk mendapatkan kemungkinan yang terbaik. Sehingga kemungkinan itu akan menjelma menjadi suatu 'kepastian' yang menggembirakan. (GCM/Astaga)

Source: GloriaNet
(bila ada kesalahan penulisan url sumber, kami mohon maaf dan silahkan hubungi kami)
--------------------------------------------------------------------------


The No-Recuitment-Consultants.com
Business Model: Why We Are Free and How We are Free


(Lowongan Kerja Online) - Established practice in the recruitment industry dictates that employers pay to advertise for candidates and, once they have secured a job offer acceptance, that they are then required to pay a substantial commission to the agents who play the mediating role between employers and candidates. On the other hand, candidates do not pay anything for the privilege of using either job boards or the services of recruitment consultants. We think this situation is pretty asymmetrical and indeed unjustifiable.
Why is it then, that employers pay, often through the nose, when candidates don\'t?

After all, both candidate and employer stand to gain from what each other are offering. Put crudely, the employer gets the skills, while the candidate gets the cash. A more sophisticated reading of the situation would include other more intangible elements of exchange. Employers will hope, for instance, that they are employing far more than a repository of certain skills. They want employees who bring with them the right attitude, who can make a positive difference to the business, employees, ultimately, who dedicate themselves to the job that they do and are eager to develop and grow with the business. Candidates, on the other hand, want more than just a salary and benefits.

They want development opportunities, an inspiring culture, a reason, if you like, to get out of bed in the morning. Both parties, therefore, are exchanging value on pretty much equal terms, provided of course that both parties are ingenuous during the recruitment process. How is it, then, that employers foot the bill? Employers foot the bill, of course, because they have deeper pockets. Their need is no greater than candidates\'. If an employer fails to recruit staff as a business grows, the death knell has been sounded and it won\'t be long before liquidation ensues. Equally, a candidate must find work in order to fulfil his or her economic obligations. Without work a candidate could quickly be reduced to a parlous state. So it\'s just as serious for each party.

This being so, the differentiator must be the economic resources available to each party - and employers, especially big corporates, have vastly more than most candidates (of course, we must except the hugely affluent from this class of people (Bill Gates and his kind), although they are highly unlikely to undergo a recruitment process in any case). While we understand the nature of this particular reality, we don\'t agree with it. We take a principled stand against unfairness wherever we see it manifested in recruitment. And that goes just as much for employers as it does for candidates. Of course, some may think to themselves, \"who cares, employers can afford it?\" After all, it\'s not often that corporates are cast as the victim of the piece, is it? Well, we rebut these sentiments and for several reasons.

First, employers come in different shapes and sizes. Not all of them have global operations that gleam and shimmer with success. Indeed by far and away the majority of them are small to medium-sized. For them, recruitment spend can be seriously prohibitive and given that recruitment is probably the single most important critical success factor, the cost of recruitment can have a debilitating effect. But, even if an employer has deep pockets, that cash should either be repatriated to shareholders (who have risked their own capital to help a company prosper) or put to good use within the business to drive future growth.
Of course, investment in recruitment is one such \"good use\", but imagine if that cost simply fell away? Suddenly, that cash is available for other commercially-productive uses or, if a company is struggling with its working capital demands or even its solvency, that cost saving could make the difference between keeping the business afloat and letting it sink ignominiously beneath the waves.

Finally, we think it is simply unfair and wrong to charge one party to a recruitment process and not the other. But how do we manage to offer our services, cutting-edge as they are, to employers for free? Well, there is no real mystery to it. We make our money from advertising and affiliation deals with major corporates. It\'s a pretty radical departure from the conventional recruitment business model, but we believe that we are only doing what other job boards will eventually have to do. Certainly, the prohibitive costs that currently infect the industry will have to fall markedly.
Employers, we believe, are increasingly looking for value-for-money recruitment services and the time will come when they are no longer prepared to foot the bill for recruitment.

The internet and the innovative companies that occupy its space will make this possible. As in so many other areas of recruitment, we have looked far into the future and designed our services accordingly. The fact that they are free is just one aspect of our strategic positioning. And the best thing about offering our services for free is that we can dedicate our efforts totally to enhancing the quality of our output for employers and candidates alike. We are completely impartial. There are no sneaky charges. No vested interest in pursuing commercial policies which are inimical to either of our two constituent user groups.

This is fundamentally important. Impartiality breeds trust and competence. In fact, it\'s the lynch-pin of our ethical approach to recruitment. We would just like to point out that we are currently conducting research into recruitment practices (both off and online). We very much hope that you will be able to spare just a second or two of your time by voting in one of our polls, which are displayed on our homepage on a rotating basis.
With this research we hope to deepen and strengthen our technology to best suit the needs of employers and candidates alike. In due course (probably January 2007), we will publish our findings and describe the actions that we intend to take.
by Seymour

Read More...... [+/-]

Tekanan Saat Psikotes

Berbohong saat tes wawancara bukan hanya tak berguna, tapi juga bisa membuat Anda tidak diterima. Lebih bijaksana bila pertanyaan dijawab apa adanya, spontan, langsung ke pokok persoalan, tidak mengada-ada, tidak menggurui, dan sopan.

"Padahal tinggal wawancara lo, kok gagal. Dulu juga begitu, selalu kandas di tahap ini". Keluhan macam itu banyak kita dengar dari mereka yang tak lolos dalam wawancara psikologi untuk melamar kerja. Sebuah kenyataan yang menyesakkan, apalagi kebanyakan tahapan wawancara berada diakhir proses seleksi. Lolos di sini berarti si calon diterima di tempat kerja yang baru.

Wawancara psikologi punya banyak makna. Ada beberapa versi, salah satunya, menurut Bingham dan Moore, wawancara adalah "... conversation directed to define purpose other than satisfaction in the conversation itself". Sedangkan menurut Weiner, "The term interview has a history of usage going back for centuries. It was used normally to designate a face to face meeting of individual for a formal conference on some point."

Dari kedua definisi itu didapatkan kondisi bahwa wawancara adalah pertemuan tatap muka, dengan menggunakan cara lisan, dan mempunyai tujuan tertentu. Jangan dibayangkan wawancara itu sama dengan interogasi karena tujuan utamanya memang "berbeda", meskipun sedikit serupa dalam hal menggali dan mencocokkan data. Yang pasti, cara yang dipergunakan dalam kedua hal itu berlainan.

Interogasi lebih menekankan pada tercapainya tujuan, dengan berbagai cara dan akibat, baik secara halus maupun kasar. Posisi interogator lebih tinggi dan bebas daripada yang diinterogasi, serta lebih langsung.

Bandingkan dengan wawancara psikologi, di mana kedudukan antara pewawancara dan yang diwawancarai relatif setara. Kondisinya pun berbeda, karena tidak ada penekanan serta tidak menggunakan kekuasaan. Bahkan dalam kondisi ekstrem, seorang calon karyawan yang diwawancarai bisa saja tidak menjawab, pewawancara pun tidak akan memaksa. Namun, hal itu tentu akan sangat mempengaruhi penilaian dalam pengambilan keputusan seorang psikolog.

Cocok berbobot

Wawancara dalam tes psikologi (psikotes) sebenarnya satu paket dengan tes tertulisnya. Tes ini bertujuan mencari orang yang cocok dan pas, baik dari tingkat kecerdasan, serta sifat dan kepribadian. Istilah kerennya mendapatkan "the right man in the right place".

Dasar pemikiran lain kenapa perlu diadakan seleksi, yaitu adanya perbedaan potensi yang dimiliki setiap individu. Perbedaan itu akan menentukan pula perbedaan dalam pola pikir, tingkah laku, minat, serta pandangannya terhadap sesuatu. Kondisi itu juga akan berpengaruh terhadap hasil kerja. Bisa jadi suatu pekerjaan atau jabatan akan lebih berhasil bila dikerjakan oleh individu yang mempunyai bakat serta kemampuan seperti yang dituntut oleh persyaratan dari suatu pekerjaan atau jabatan itu sendiri.

Ada beberapa tujuan spesifik dari wawancara psikologi. Pertama, observasi. Dalam hal ini calon kar-yawan dilihat dan dinilai. Mulai dari penampilan, sikap, cara menjawab pertanyaan, postur - terutama untuk pekerjaan yang memang membutuhkannya, seperti tentara, polisi, satpam, dan pramugari. Penilaian juga menyangkut bobot jawaban dan kelancaran dalam menjawab.

Demikian pula perilaku dan sikap-sikap yang akan muncul secara spontan bila berada dalam situasi yang baru dan mungkin menegangkan. Misalnya, mata berkedip-kedip atau memutar jari-jemari yang dilakukan tanpa sadar. Dalam hal bobot jawaban, misalnya, si calon bisa dinilai apakah ia memberikan jawaban yang dangkal atau tidak, atau malah berbelit-belit. Jawaban berupa "Ingin naik pesawat" atau "Ingin ke luar negeri" merupakan contoh jawaban yang dinilai dangkal atas pertanyaan alasan menjadi pramugari.

Sedangkan kelancaran dalam menjawab biasanya dinilai dari berapa lama waktu yang dibutuhkan oleh seorang calon karyawan untuk menjawab pertanyaan. Dalam wawancara psikologi yang diperlukan sebenarnya jawaban spontan dan tidak mengada-ada. Misalnya, apabila ditanya alamat, sebut saja alamat kita. Tidak usah ditambah-tambahi atau malah berlagak sok pintar.

Tujuan berikutnya dalam tes wawancara adalah menggali data yang tidak didapatkan dari tes tertulis. Misalnya, apakah istri bekerja, anak bersekolah di mana, masih tinggal bersama orangtua atau tidak, serta apa judul skripsi dan berapa nilai yang didapat. Yang tidak kalah penting dalam mempengaruhi penilaian adalah kecocokan data. Benarkah data yang ditulis oleh sang calon?

Atas dasar itu seorang psikolog sering melontarkan pertanyaan untuk menilai tingkat pemahaman dan intelegensi si calon. Misalnya, calon mengaku berpendidikan S2, maka diajukan pertanyaan yang sesuai dengan tingkat pendidikan itu. Bila jawabannya kurang bermutu, dapat saja diambil kesimpulan bahwa calon memiliki intelegensi yang kurang atau dianggap tidak serius selama menjalani proses pendidikan.

Sering juga terjadi hasil tes tulis bagus, tapi hasil wawancaranya kurang meyakinkan. Hal ini bisa terjadi karena mungkin ia telah beberapa kali mengikuti psikotes atau pernah mengikuti bimbingan psikotes. Tes ulang dapat menjadi alat untuk mengatasi keraguan itu. Dalam konteks di atas, tidaklah mungkin seorang calon membohongi psikolog. Riskan pula bila dia tidak menjawab dengan sebenarnya. Terbuka sudah kepribadiannya yang tidak jujur, padahal kejujuran merupakan prasyarat penting untuk perusahaan.

Pada wawancara untuk evaluasi karyawan atau promosi jabatan biasanya data curiculum vitae (CV) dari instansi atau perusahaan sudah diberikan semua dari Bagian Personalia. Manfaat lain wawancara adalah melengkapi data yang terlupakan atau tidak tertulis secara lengkap. Misalnya, sudah pernah mengalami psikotes atau belum. Kalau sudah, berapa kali? Untuk apa? Lulus atau tidak? Mungkin juga minat ataupun gaji yang diinginkan. Yang terakhir, manfaat wawancara yaitu untuk membuat keputusan.

Dari hasil pemeriksaan psikologi tertulis dan wawancara, dibuatlah kesimpulan, apakah calon ini memenuhi syarat seperti job description yang diberikan oleh perusahaan atau tidak. Terkadang ada psikotes yang tidak menggunakan wawancara. Semua itu tergantung tujuan pemeriksaan, ketersediaan data yang mungkin sudah lengkap, serta tidak begitu mensyaratkan penampilan atau postur. Misalnya, bila yang diperlukan operator komputer, yang penting dia bisa komputer dan inteligensinya cukup.

Mengapa gagal?

Banyak calon karyawan gagal dalam psikotes, termasuk di dalamnya wawancara. Mengapa? Sesungguhnya, hasil pemeriksaan psikologi bersifat rahasia, dalam arti tidak setiap orang dapat menerjemahkan dalam bahasa sehari-hari. Jadi, yang berhak adalah psikolog yang berkompeten.

Hal itu berbeda dengan tes kesehatan, di mana jenis kegagalan dapat disebutkan dengan jelas dan biasanya dapat pula dilihat. Sementara hasil psikotes masih merupakan data kasar berupa angka-angka sehingga perlu dijelaskan dalam bahasa awam oleh psikolog, untuk dijadikan data kualitatif.

Pada dasarnya psikotes bukan ujian. Psikotes tidak mengukur prestasi melainkan potensi dasar setiap individu. Dalam tes prestasi ada materi yang dapat dipelajari, misalnya bahasa Inggris. Bila seseorang mendapat nilai B dalam pelajaran itu, berarti penguasaan materi Bahasa Inggrisnya baik. Sedangkan psikotes mengukur potensi dasar yang dimiliki tiap individu. Seseorang yang memang pada dasarnya cerdas, dites seperti apa pun tetap akan baik hasilnya. Asalkan dia serius pada saat mengerjakan dan tidak terganggu konsentrasinya sehingga dapat bekerja secara optimal.

Untuk mengurangi risiko gagal, ada beberapa hal yang perlu dipersiapkan. Yang pertama, penampilan fisik. Perhatikan dengan saksama apalagi bila profesi yang akan dimasuki mensyaratkan penampilan menarik - seperti pramugari, teller bank, atau sekretaris. Sedangkan tentara/polisi lebih menitik-beratkan pada postur ideal antara tinggi dan bobot badan, serta ada persyaratan minimal tinggi badan.

Perhatikan juga cara berpakaian, sebaiknya sesuaikan dengan situasi dan suasana. Misalnya, dalam wawancara untuk calon pramugari sebaiknya tidak mengenakan pakaian yang tidak selayaknya, seperti celana panjang berbahan jins. Atau menggunakan sepatu sandal, meskipun sedang mode. Kerapian dan kesopanan berpakaian juga dipertimbangkan. Misalnya, tidak mengenakan kemeja yang lengan panjangnya dilipat, atau hanya mengenakan kaus, atau kemeja tidak dimasukkan.

Sikap pun memberikan nilai penting. Yang dimaksud dengan sikap ialah bagaimana si calon karyawan dapat menempatkan diri pada posisi yang tepat. Sebaiknya bersikap wajar saja, tidak dibuat-buat, tetapi juga tidak tegang atau gugup.

Selain itu, biasanya dinilai pula kesopanan yang sesuai dengan norma. Misalnya, tidak tampak menjilat, mengetuk pintu bila akan masuk ruangan, atau kalau belum dipersilakan duduk, ya, jangan duduk dulu. Dalam menjawab pertanyaan tidak bertele-tele, langsung pada inti masalah. Kemudian menjawab secara jujur, tidak perlu ditutup-tutupi. Misalnya, pernah tidak naik kelas atau pernah gagal pada tes di perusahaan lain.

Selain itu, dalam menjawab tidak usah menggurui, meskipun si calon sudah memiliki pendidikan yang cukup tinggi, pengalaman cukup banyak, atau dari segi usia lebih tua daripada si pewawancara.Jangan pula menjawab dengan sombong, misalnya mengaku sebagai atlet yang sudah keliling ke banyak negara dan memiliki segudang prestasi. Bangga boleh-boleh saja, tetapi kalau hasil psikologi tertulisnya kurang baik, tetap saja tidak lulus.

Yang tidak kalah penting, tidak usah bertanya. Meski merasa optimistis dengan hasil tes tulis dan merasa bisa mengerjakan, calon tidak perlu bertanya mengenai hasilnya. Pada dasarnya wawancara adalah tes juga sehingga hal ini akan mempengaruhi penilaian. Selain itu, situasi yang dihadapi saat itu adalah situasi tes, bukan konsultasi psikologi. Pertimbangkan pula banyak calon lain yang menunggu.

Umumnya, untuk memperoleh informasi penting dari calon karyawan digunakan metode F A C T, yaitu:

F: Feeling. Tentang apa yang dirasakan oleh orang itu. Ditanyakan minatnya, gambaran pekerjaan, apakah juga sudah terbayang.
A: Action. Mengenai tindakan-tindakan apa yang telah dilakukan.
C: Condition. Kondisi/situasi/keadaan di mana kejadian itu berlangsung.
T: Thinking. Mengenai apa yang dipikirkan atau yang diinginkan oleh orang pada saat itu.

Pemahaman yang lebih baik tentang wawancara psikologi akan membuat kita lebih mudah mempersiapkan diri menghadapi jenis wawancara ini. Yang pasti, wawancara psikologi tidak perlu ditakuti dan tidak bisa dibohongi. (GCM/is)

Source: GloriaNet
(bila ada kesalahan penulisan url sumber, kami mohon maaf dan silahkan hubungi kami)

----------------------------------------------------------

The 7 Steps to Negotiate your Best Salary for a New Job


(Lowongan Kerja Online) - You've had successful interviews and you are ready to start work. Stop. Before you accept any position, establish an acceptable salary range. You will want to establish yourself toward the upper end of the range with an agreement to add pay for outstanding work at your first review and on annual reviews.

1. Do your research.
Check the company's web site for similar jobs and ask about their pay ranges. Research salary tables and articles in the Wall Street Journal; http://www.careerjournal.com , http://www.salary.com, and http://www.jobstar.org.

2. Calculate your personal salary range.
Your market value is a combination of the present going rate for similar jobs plus past experience, training and your projected future contributions.

3. Postpone salary discussions until you have been offered the job.
If you are asked to give a number, one way to respond could be: "At this point I don't know enough about this position to discuss compensation. I want to be paid fairly for the job I do. Can we discuss the job responsibilities a little further?"

4. Allow the employer the opportunity to throw out the first numbers.
When the employer asks you what kind of money you are looking for, you can answer "I don't have an upper limit. What did you have in mind?"

5. It is time to slow down the process,
much the way a basketball team catches its collective breath by slowly dribbling without pressing for the goal. The employer has announced a salary figure. How should you respond? Repeat the figure and quietly determine if the amount is within your preferred range. During the silence, you may even be given a higher offer.

6. Does the offer match your salary research?
If you need to counter the offer, pause and say, "I would love to contribute here and I appreciate your offer. From my research, I found that someone with my qualifications is being paid in the range of $__ to $__. What can you offer me in that range?

7. Don't say no as long as the offer is still on the table.
If the employer cannot come up with more money, say you'll think it over and make arrangements to check back in the next day or two. You will still be in control and may be offered the range you desired after all. In addition, think of other benefits besides salary to negotiate with such as extra paid vacation time.

CareerMogul is a comprehensive web program designed to successfully teach the job seeker how to compete competitively in today's job market. CareerMogul's online career resources consist of a FREE virtual career education center and an experienced team of certified professionals providing all job level career coaching and r sum services via telephone and online chat messaging. http://careercoaching.careermogul.com
by Melanie Winograd

About the Author
CareerMogul's online career resources consist of a FREE virtual career education center and an experienced team of certified professionals providing all job level career coaching and r sum services via telephone and online chat messaging. http://careercoaching.careermogul.com

Read More...... [+/-]

New Expert Authors

# dr. R. Agusti Sp.PD-KGEH
Seorang dokter spesialis Gastroenterologi-Hepatologi pada beberapa Rumah Sakit swasta di Tangerang. Pembicara di berbagai seminar, terutama pada masalah penyakit Gastroenterologi-Hepatologi.

# Johan Suhardi
Anggota Kadin dan juga seorang Pembicara Motivasi. Suka menulis dan memegang beberapa perusahaan Consumer Goods di Batam dan Jakarta.

# M. Supriyadi, SE
Accounting Manager PT. Samudra Berdikari Jaya, Jakarta. Menulis beberapa artikel di beberapa surat kabar Ibu kota. Tergabung dalam klub kesehatan Sehati Club Tanggerang.

# Drs. Julian M. Toha
Pengamat Politik Timur Tengah. Mengisi siaran pada salah satu radio swasta di Surabaya. Penulis Buku "Dari Gaza, Sebuah Suara Pilu" ini hobi bonsai dan koleksi jam kuno.

# Ir. Wijayanto Dahlan
Chief Engineer pada PT. Perkasa Dean Steel, Batam. Lulusan ITB ini juga aktif di Club Paralayang dan memiliki hobi memancing. Pernah diundang menjadi pembicara di beberapa seminar di Singapore.

# Jumadi Suryo
Seorang Internet Marketer dan SEO. Memiliki Blog yang pernah direlease di majalah The Comp, Canada. Sekarang staff pengajar di beberapa lembaga kursus Internasional di Jakarta.

# Timya Gayatri, SH.
Seorang pengacara perempuan dan pengamat hukum Internasional. Menulis banyak artikel di beberapa majalah hukum luar negeri. Sekarang sebagai "dosen terbang" di salah satu Perguruan Tinggi di Australia.

# Robert Jayadi
Seorang pengusaha bisnis waralaba. Terhimpun dalam organisasi Franchise Asia yang berpusat di Singapore. Menulis banyak artikel tentang dunia franchise dan permasalahannya. Seorang pengusaha sukses.

Anda Punya Blog...?

Pasang Logo IndexArticles.com di blog Anda. Silahkan klik tombol ''Highlight All'' dan copy-paste-kan code html di dalamnya di blog Anda.


Here's what the logo looks like:
 

Copyright © 2009 by: www.IndexArticles.com

Proudly Powered by: Blogger
Designed by blogtemplate4u.com | Blogspot Tutorial